63 Persen Wilayah Indonesia Terdampak El Nino, Termasuk Kalsel

Salah satu lahan yang mengalami kekeringan dan terbakar di wilayah Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan, Selasa (22/8/2023). MC Kalsel/Fuz

Saat ini, dunia sedang dilanda fenomena alam yang dinamakan “El Nino”, ini dipicu oleh peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur, perubahan suhu ini menyebabkan pergeseran angin dan arus laut, yang mengubah pola cuaca secara global.

Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan El Nino mengakibatkan kemarau yang terjadi di 63 persen wilayah Indonesia, termasuk Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Syamsudin Noor Banjarmasin, Karmana memprediksi jika kejadian ini akan berlangsung hingga beberapa bulan ke depan.

“El Nino masih akan bertahan sampai akhir tahun, tapi dampaknya seiring dengan datangnya musim hujan makin berkurang, sebab Oktober diprediksi sudah mulai turun hujan,” sebut Karmana, Rabu (23/8/2023).

Dijelaskan jika El Nino merupakan fenomena cuaca yang terjadi akibat peningkatan suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, suhu menjadi yang lebih hangat dari biasanya ini mengakibatkan pengurangan udara basah di wilayah sekitarnya yang pada akhirnya ikut menaikan suhu.

Fenomena ini bersifat global, dampaknya tidak hanya terjadi di Indonesia, namun untuk wilayah di Indonesia yang paling kuat dirasakan adalah berkurangnya curah hujan.

“Ketika kita di musim kemarau ditambah El Nino jadi makin kering wilayah kita, itu dampaknya yang jelas terjadi,” lanjut Karmana.

Sedangkan kondisi cuaca di Prov Kalsel sendiri dipengaruhi oleh gabungan dari berbagai faktor meteorologi salah satunya yakni ENSO (El Nino-Southern Oscillation) – Anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya.

Sementara itu, Kepala Klimatologi BMKG Kalsel, Goeroeh Tjiptanto menyebutkan potensi hujan di wilayah Kalsel saat ini hingga beberapa hari ke depan masih tergolong rendah.

“Saat ini curah hujan di Kalsel pada kategori rendah, tepatnya mulai pertengahan Juli lalu dan sifat hujannya di bawah normal sehingga ketersediaan air di permukaan terbatas akibatnya tumbuhan cepat layu, mengering dan mudah terbakar dengan pemicu aktivitas manusia,” ujar Goeroeh Tjiptanto. MC Kalsel/Fuz

Mungkin Anda Menyukai