Lahan rawa pasang surut maupun lahan rawa lebak merupakan tipologi lahan yang menjadi tempat bagi kehidupan flora dan fauna. Keanekaragaman hayati baik flora dan fauna merupakan sumber daya hayati yang sangat penting dan memberikan arti bagi kehidupan apabila dimanfaatkan, selain itu juga dapat mendukung pembangunan pertanian.
Lahan rawa pasang surut dengan tipe dan tipologi lahan yang berbeda dan memiliki karakter kimia dan fisik tanah yang spesifik yakni tingkat keasaman yang tinggi akan mempengaruhi kehidupan flora (tumbuhan), sehingga jenis dan spesies yang tumbuh dan berkembang adalah yang memiliki daya adaptasi baik terhadap kondisi tanah.
Lahan rawa lebak yang merupakan lahan genangan dan hampir sepanjang tahun mengalami genangan akan mempengaruhi jenis tumbuhan yang tumbuh dan berkembang. Tumbuhan yang tahan terendam dalam genangan akan mampu hidup dan berkembang yakni jenis tumbuhan air (aquatic plant). Pada lahan sulfat asam memiliki jenis atau spesies beragam, sebanyak 181 spesies gulma terdiri dari 125 genera dan 51 famili, meliputi sebanyak 110 spesies gulma berdaun lebar, 40 spesies golongan rumput, dan 31 spesies golongan teki dijumpai pada kawasan ini.
Spesies gulma dominan di lahan potensial adalah Pseudoraphis spinescens, Monochoria vaginalis, Marsiela crenata, Ludwigia adcendens, Alternanthera sessilis, Cyperus iria, Sphaeranthus africanus, Hydrocera triflora, Polygonum hydropiper dan Pistia statiotes merupakan gulma yang dominan, di lahan sulfat masam adalah Eleocharis dulcis, Eleocharis retroflaxa, Eleocharis acutangula dan Cyperus sphacelatus di lahan sawah, sedangkan di lahan gambut/bergambut adalah Stenochlaena palustris pada lahan yang belum dimanfaatkan, Cyperus sp, Eleocharis retrolaxa dan Panicum repens pada lahan sawah dan Eleocharis acutangala, Leersia hexandra dan Panicum repens pada lahan sawah yang diberikan. Di lahan rawa lebak, jenis dan spesies gulma yang dominan adalah Eichornia crassipes dan Pistia stratiotes pada saat kawasan lahan digenangi oleh air dan saat lahan kering dimusim kemarau spesies gulma yang tumbuh sangat beragam.
Gulma tidak saja merugikan tetapi bisa memberikan manfaat bagi masyarakat dan pada sistem produksi. Pada sistem produksi gulma bermanfaat sebagai bahan amelioran dan bahan organik sumber unsur hara, mulsa, berfungsi sebagai biofilter (gulma Eleocharis dulcis dan Eleocharis retroflaxa) dan sebagai tanaman perangkap hama dan inang tempat bagi predator dan parasitoid.
Manfaat langsung bagi masyarakat ada spesies gulma di lahan rawa yang bisa dijadikan bahan baku untuk kerajinan tangan seperti membuat topi, bakul, tikar dan lainnya yakni gulma Purun kudung (Lepironea articulata) serta sebagai bahan baku pembuat kue yakni gulma Teratai (Nyimphea sp) serti kue talipuk yang dijadikan sumber pendapatan bagi petani selain usahatani. Pengolahan gulma diperlukan untuk menghindari penurunan hasil tanaman.
Akibat persaingan, gulma bisa menyebabkan penurunan hasil padi sampai 74,2%, oleh karena gulma yang tumbuh diantara tanaman budidaya harus dikendalikan. Cara pengendalian gulma yang banyak digunakan oleh petani dan perkembangannya sangat pesat adalah cara kimia dengan herbisida, jenis herbisida yang digunakan adalah 2,4-D amina.
(sumber: Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra)). MC Kalsel/Scw