Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel, dalam hal ini Poliklinik Psikologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Moch Ansari Saleh Banjarmasin memberikan perhatian dan penanganan terhadap tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anak.
“Maka dari itu, dalam menangani anak yang terlibat dalam perilaku kekerasan diperlukan penanganan dengan family therapy dan psikoterapi yang melibatkan orang tua hingga tenaga profesional, yaitu psikolog untuk bersama-sama membantu anak dalam membentuk perilaku positif dengan mengembangkan empati dan menggali potensi diri agar dapat berperilaku adaptif di lingkungan sosial,” kata Direktur RSUD Moch Ansari Saleh Banjarmasin, Among Wibowo melalui Psikolog Klinis, Melinda Bahri, Banjarmasin, Kamis (10/8/2023).
Dijelaskan Melinda, perilaku kekerasan dalam istilah psikologi disebut Conduct Disorder merupakan gangguan perilaku melanggar hak orang lain dan tidak sesuai dengan norma sosial yang terjadi secara repetitif dan terus-menerus.
“Dari perilaku itu dapat dilihat dikehidupan sehari-hari, misalnya orang suka melakukan intimidasi, merusak barang milik orang lain maupun diri sendiri, menyulut pertengkaran, berbohong, bullying, suka minggat dari rumah, bolos sekolah, mencuri dan melakukan kekerasan fisik kepada orang maupun hewan,” tutur Melinda.
Selain itu, ada juga faktor sosial seperti, kemiskinan, lingkungan yang tidak teratur, sekolah yang buruk, keluarga yang tidak utuh (broken home), penyakit mental anggota keluarga, pola asuh yang keras dan pengaruh pergaulan teman.
Dalam kelompok teman terkadang terdapat tokoh yang memiliki kekuasan dan mendominasi teman-temannya untuk mempengaruhi perilaku anggota kelompok lain agar mengikuti pola perilaku dari teman yang mengarah kepada perilaku kekerasan.
“Memang apabila tidak terlibat dalam aktifitas yang sama dalam kelompok ada ketakutan akan kehilangan teman atau terancam tidak diterima dalam kelompoknya,terutama pada anak-anak yang memiliki keterampilan sosial yang rendah” tambah Melinda.
Melinda yang juga Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Kalsel pun mengingatkan, agar para orang tua memberitahu anaknya untuk tetap berjaga diri karena kebutuhan anak untuk berkumpul dalam suatu kelompok pertemanan adalah salah satu bentuk untuk menujukan eksistensi diri.
“Mereka memang cenderung memilih kelompok yang memiliki minat sama dan mengikuti nilai-nilai yang terbentuk dalam kelompok itu sehingga anak terkadang kurang menelaah nilai-nilai yang ada pada kelompok itu, apakah menentang aturan atau tidak karena yang dibutuhkan adalah penerimaan dari temannya,” kata Melinda. MC Kalsel/Ar