Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menggelar Sosialisasi orientasi tata laksana infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang dihadiri penanggung jawab Program ISPA berasal dari 13 kabupaten/kota se-Kalsel.
Mewakili Kadinkes Kalsel, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kalsel, Syahriani Noor mengatakan tujuan kegiatan tersebut agar para peserta dapat mengidentifikasi dan merumuskan upaya konkret dalam pengendalian ISPA.
“Kita harapkan kegiatan ini dapat meningkatkan kapasitas petugas kesehatan. Hal ini sebagai perwujudan dari komitmen PemerintH untuk mengendalikan ISPA di Kalsel,” kata Syahriani di Banjarmasin, Rabu (25/5/2022).
Syahriani mengatakan, penyakit ISPA adalah penyakit yang berpotensi menjadi wabah dan merupakan penyumbang terbesar kematian bayi sekitar 15% di dunia. Selama tahun 2020 dan 2021 di Provinsi Kalsel, ada 1 orang Balita meninggal dari hasil laporan Kabupaten Banjar yang penyebabnya adalah Pneumonia (Radang Paru-Paru).
Sementara di Indonesia Pneumonia masih menjadi penyebab kematian terbesar bayi dan balita, dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak.
Sedangkan Penyakit ISPA di Kalsel, dari hasil laporan 13 Kabupaten/Kota Tahun 2020 berjumlah 223.038, tahun 2021 berjumlah 145.654 dan tahun 2022 sampai bulan April berjumlah 149.064 .
“Kasus ISPA terbanyak dari tahun 2020 – 2022 ini ada di kota Banjarmasin dan yang paling terendah dari hasil laporan 2020- 2021 adalah Kabupaten Kotabaru,” ujarnya.
Penyakit pneumonia, selain menjadi masalah kesehatan pada balita dan juga orang dewasa, beberapa tahun terakhir ada beberapa penyakit kelompok ISPA yang berpotensi menjadi kedaruratan kesehatan masyarakat bahkan bisa menjadi pandemi.
Sehingga untuk melaksanakan pencegahan dan pengendalian program ISPA khususnya pneumonia, diperlukan tenaga pelaksana yang kompeten, mampu mengelola program ISPA secara komprehensif, mulai dari melaksanakan tata laksana pengendalian pneumonia. MC Kalsel/tgh