Malam puncak dan penutupan South Borneo Art Festival (SBAF) 2018 disuguhi pertunjukan teater dengan aliran surealis berjudul Tolak Bala yang disutradarai oleh Rahman Sabur dan asisten sutradara (astrada) Bazier, keduanya berasal dari Teater Payung Hitam Bandung.
Bazier menyampaikan bahwa pertunjukan ini mengangkat tema tentang lingkungan, “Pertunjukan ini menyampaikan pesan moral ajakan untuk menjaga alam, menjaga kebudayaan dan tradisi yang digambarkan dari berbagai simbol-simbol,” tutur Bazier yang juga turut bermain dalam pertunjukan itu.
Sebanyak 11 pemain dari berbagai daerah melakoni peran masing-masing, diantaranya ada yang membawa obor, membawa sapu lidi ada pula yang memainkan sebuah bola terbuat dari bambu. Di tengah pertunjukan terdapat instalasi seni rupa berukuran besar juga dari bambu. Penyampaian dialog dalam pertunjukan lebih menonjolkan gerakan tubuh dan suara-suara ritual dan alam.
Simbol-simbol yang disajikan sepenuhnya menggambarkan sekaligus menyadarkan kepada masyarakat bahwa bencana itu tidak hanya datang dengan sendirinya, “Kita yakin bahwa bencana itu hadir akibat ulah manusia, makanya apa yang kami ekspresikan merupakan gabungan ritual dari berbagai daerah,” tambah Bazier usai pertunjukan.
Pertunjukan ini digarap memalui workshop dan latihan dalam waktu delapan hari semenjak pembukaan SBAF 2018 pada Minggu, (11/11) silam. Mc Kalsel / Fuz