Dalam upaya mengurangi angka kematian ibu dan anak serta meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan mengadakan Orientasi Buku kesehatan ibu dan anak (KIA) dan Buku KIA Bayi Kecil tingkat Provinsi di Banjarmasin, Selasa (2/4/2024).
Orientasi ini bertujuan untuk memperkenalkan dan memberikan pemahaman lebih dalam mengenai Buku KIA dan Buku KIA Bayi Kecil sebagai alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang penting.
Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Raudatul Jannah mengatakan Buku KIA telah dikembangkan sejak tahun 1994 dan pada tahun 2001 telah menjadi kebijakan nasional.
Dalam hal ini, kedudukan Buku KIA diperkuat dengan SK Menkes No 284/Menkes/SK/III/2004 tentang Kesehatan Ibu dan Anak, yang menyatakan bahwa Buku KIA merupakan satu-satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan hingga bayi yang dilahirkan berusia 5 tahun, termasuk pelayanan KB, imunisasi, gizi dan tumbuh kembang anak.
“Saat ini, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan Buku KIA khusus bayi kecil, seperti bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sebagai instrumen pemantauan dan pencatatan kesehatan bayi kecil,” kata Raudatul Jannah.
Oleh karena itu, buku ini bertujuan memberikan informasi pelayanan dan perawatan kesehatan bayi kecil, serta edukasi dalam melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi kecil yang tidak ada pada Buku KIA.
“Tenaga kesehatan, orang tua dan keluarga yang memiliki bayi kecil menjadi sasaran yang diharapkan dapat melaksanakan kegiatan menghitung usia koreksi, mencatat perawatan bayi kecil, mengisi kurva Fenton, perawatan metode kanguru, memantau perkembangan bayi kecil serta melakukan pemantauan harian bayi kecil,” ujarnya.
Untuk itu, Orientasi Buku KIA dan Buku KIA Bayi Kecil tingkat Provinsi Kalsel diharapkan dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya Buku KIA dan Buku KIA Bayi Kecil sebagai alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak, dan memperkenalkan manfaat dari kedua buku tersebut dalam menjaga kesehatan ibu dan anak.
“Buku KIA dan Buku KIA Bayi Kecil diharapkan dapat diterapkan oleh semua pemberi pelayanan kesehatan dasar seperti perawat, bidan, dan dokter sebagai media konseling, informasi dan edukasi tentang materi kesehatan ibu dan anak bagi masyarakat,” harapnya.
Selain itu, Buku KIA dan Buku KIA Bayi Kecil juga diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana home based recording bagi kesehatan ibu dan anak secara lengkap dan komprehensif serta menjadi media bagi pemberdayaan keluarga dan masyarakat untuk mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak.
“Oleh karena itu, pentingnya dilaksanakan pertemuan orientasi ini agar angka kesehatan ibu dan anak di Kalimantan Selatan dapat terus meningkat,” ujarnya.
Adapun peserta yang mengikuti orientasi ini diantaranya Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, RSUD Ulin Banjarmasin, RSUD dr. H. Moch. Ansari Sale, RS Bhayangkara, RS TPT Dr. R. Soeharsono Banjarmasin, RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin, IDI Wilayah Kalsel, PD IBI Provinsi Kalsel, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Pengelola Program Anak Puskesmas di Kabupaten/Kota. MC Kalsel/tgh