Melalui laman resmi UNESCO Digital Library pada dokumen dengan kode SC/2024/UGGp/1 Rev. diinformasikan ada 18 usulan UNESCO Global Geopark baru yang akan dievaluasi oleh UNESCO. Geopark Meratus dan Kebumen dari Indonesia akan di evaluasi bersama-sama Geopark Mount Kilimanjaro dari Tanzania dan beberapa geopark lain dari negara Brazil, Canada, RRC, Itali, Mexico, Morocco, Norwegia, Korea, Romania, Saudi Arabia, Spanyol, Inggirs, Irlandia Utara, Vietnam.
Ketua Harian Badan Pengelola Geopark Meratus (BPGM), Hanifah Dwi Nirwana saat dikonfirmasi mengatakan ini sangat luar biasa, Geopark Meratus sejajar dengan Niagara, Mount Kilimanjaro, Danyang, Chefchaouen, Lang Son, Alta Murgia dan beberapa Geopark lain di dunia.
Dalam laman tersebut disampaikan deskripsi Geopark Meratus sebagaimana dosier yang telah disubmit ke UNESCO dinyatakan ciri-ciri geologi Geopark Meratus terutama disebabkan oleh serangkaian peristiwa tektonik kompleks yang berkaitan dengan lempeng tektonik sepertitumbukan dan subduksi.
“Pegunungan Meratus yang membentuk sebagian besar geopark ini terdiri dari ofiolit, batuan yang terbentuk di dasar laut sekitar 198 juta tahun yang lalu, namun terdorong ke daratan selama tumbukan antara 137 hingga 110 juta tahun yang lalu,” kata Hanifah, Banjarbaru, Selasa (2/4/2024).
Menurut Hanifah, Ofiolit tergolong langka secara global, dan meskipun ditemukan di tempat lain di Indonesia, Pegunungan Meratus menyimpan rangkaian ofiolit terlengkap dan tertua di negara ini. Dengan demikian, mereka mewakili situs penting untuk memahami proses tektonik yang tidak biasa di balik pembentukannya.
“Batu kapur yang diendapkan di bawah air laut dari 36 hingga 16 juta tahun yang lalu dan akhirnya terangkat ke daratan karena aktivitas tektonik lebih lanjut. Pelarutan sebagian batuan kapur ini mengakibatkan lanskap karst dan pembentukan struktur gua besar. Terakhir, sedimen aluvial yang terbentuk selama ~1 juta tahun terakhir mengandung berlian dalam konsentrasi yang cukup untuk mendukung penambangan rakyat,” ucap Hanifah.
Sumber berlian ini masih misterius dan menjadi target penelitian yang sedang berlangsung. Momentum evaluasi ini merupakan momentum penting yang harus dipersiapkan secara matang oleh Badan Pengelola Geopark Meratus tentunya Bersama Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kota yang menjadi lokasi 54 situs Geopark Meratus, serta stakeholder terkait bersama dengan Mitra Geopark Meratus.
“Bapak Gubernur Kalimantan Selatan H. Sahbirin Noor sangat mendukung semua Upaya yang telah dilakukan semua pihak dalam mewujudkan mimpi besar menjadi bagian dari dunia dalam hal ini mendapat pengakuan sebagai UNESCO Global Geopark,” tambahnya.
Beberapa persiapan telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan diantaranya dalam waktu dekat pada Tahun Anggaran 2024 akan dihadirkan representasi Geopark Meratus di Terminal Kedatangan Bandara Internasional Syamsudin Noor bahkan desain telah beberapa kali di konsultasikan baik kepada BP Geopark Meratus ataupun kepada pihak Angkasa Pura.
Pemenuhan aksesibilitas, fasilitas dan juga visibilitas akan selesai pada tahun ini oleh Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Selatan. Peningkatan kapasitas masyarakat di sekitar situs dan pengelola situs juga mendapat intervensi dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui Dinas Perindustrian dan Pariwisata.
“Hal ini menunjukkan bukti keseriusan Paman Birin Gubernur Kalimantan Selatan untuk Kalimantan Selatan menjemput dunia. Bank Indonesia dan Bank Kalsel juga menjadi pihak yang sangat menaruh perhatian besar dalam mendukung cita-cita besar masyarakat Kalimantan Selatan. Bantuan peningkatan kapasitas, pembangunan totem, revitalisasi homestay dan beberapa bentuk fasilitasi yang lain termasuk juga sosialisasi Geopark Meratus pada produk perbankan tentu menjadi kontribusi penting,” terang Hanifah.
Hanifah juga berharap pemerintah kabupaten/kota untuk lebih proaktif dalam membantu penyiapan evaluasi. Di banyak situs (Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Barito Kuala) persoalan sampah masih mendominasi karena pengelolaan sampah masih belum optimal.
“Diharapkan melalui dinas yang membidangi lingkungan hidup di daerah bisa menangani hal ini dengan program pengurangan sampah melalui pembentukan Bank Sampah dan juga pengolahan sampah lanjutan seperti kompos ataupun budidaya manggot. Karena situs-situs Geopark Meratus umumnya sudah ada kegiatan kepariwisataan dan ada pengelola situs tentunya ini bukan hal yang sulit untuk dapat bersegera melakukan pembenahan,” ujar Kepala Dinas LH Prov Kalsel tersebut.
Penanganan limbah seperti pada situs Kampung Sasirangan Sungai Jingah Kota Banjarmasin juga masih menjadi persoalan, pemerintah daerah perlu turun tangan. Hanifah juga berharap KLHK tahun ini dapat membantu pembangunan instalasi pengelolaan limbah pewarna kain sasirangan di situs ini. Selain infrastruktur yang telah dibangun peningkatan kapasitas pengelola situs perlu juga mendapat perhatian dari pemerintah kabupaten/kota terkait, melalui dinas yang membidangi kepariwisataan dan pemerintah desa.
“Dan tak kalah pentingnya dukungan dari seluruh lapisan masyarakat Kalimantan Selatan termasuk media, akademisi, komunitas dan pelaku usaha ikut serta mensosialisasikan dan publikasi serta mengunjungi situs-situs Geopark Meratus yang telah dirangkai menjadi rute-rute perjalanan yang memiliki makna sehingga menghadirkan experience atau pengalaman yang mengesankan. Dengan hastag cukup di Kalsel, kita jelajahi Geopark Meratus yang merupakan Jiwanya Borneo, Geopark Meratus The Soul of Borneo,” tandas Hanifah. MC Kalsel/Rns