Pemprov Kalsel Terus Upayakan Pencegahan Karhutla

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalsel, Hanifah Dwi Nirwana. MC Kalsel/Rns

Berdasarkan prediksi BMKG, musim kemarau di 2023 diperkirakan lebih panjang dibanding dengan 2020 hingga 2022, dengan puncak kemarau pada September 2023. Kewaspadaan terhadap kejadian karhutla menjadi sangat penting mengingat pada kondisi kemarau panjang lahan akan lebih mudah terbakar sementara air semakin minim.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalsel, Hanifah Dwi Nirwana mengatakan daerah rawan karhutla diantaranya Kabupaten Banjar, Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tanah Laut yang diprediksi mengalami musim kemarau 2023 selama 4-5 bulan.

“Selama musim kemarau 2023 telah terjadi beberapa kali kejadian karhutla, mayoritas kejadian berada di Kabupaten Banjar, Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tanah Laut pada lahan gambut. Kebakaran pada lahan gambut cukup sulit ditangani terutama karena adanya ground fire yaitu api yang menjalar membakar di bawah permukaan tanah,” Banjarbaru, Kamis (21/9/2023).

Dijelaskan Hanifah, Untuk memantau kualitas udara ambien di Kalsel, KLHK telah memasang Air Quality Monitoring System (AQMS) yang beroperasi secara terus menerus dan datanya dapat dipantau langsung pada lokasi Taman Mesjid Agung Al Munawwarah Kota Banjarbaru dan Halaman Dinas PUPR Kota Banjarmasin.

Pemantauan dilakukan terhadap parameter PM 10, PM 2,5, CO, NO2, SO2, O3 dan HC. Hasil pantau dinyatakan dalam Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). Secara umum ISPU di Kalsel untuk seluruh parameter yang dipantau biasanya berada pada status BAIK. Namun status ISPU mengalami penurunan pada saat terjadi karhutla yang belum berhasil dikendalikan di wilayah sekitar Stasiun AQMS.

“Berdasarkan data hasil pantau pada bulan Agustus 2023, ISPU untuk parameter PM 2,5 cukup dominan berada pada status SEDANG di Stasiun Banjarmasin maupun Stasiun Banjarbaru. Pada hari-hari tertentu juga terjadi penurunan status untuk parameter PM 10, HC dan NO2, bahkan hingga ke status tidak sehat,” tambah Hanifah.

Pembakaran HC yang tidak sempurna akan menimbulkan polutan udara seperti CO2 yang menjadi penyebab efek rumah kaca. Selain itu gas NO2 merupakan salah satu penyebab hujan asam. Contoh hasil pantau pada 26 Agustus 2023 di Stasiun Banjarbaru dan Stasiun Banjarmasin mencerminkan akibat kebakaran lahan gambut di Kelurahan Syamsuddin Noor Kota Banjarbaru yang terjadi pada 25 Agustus 2023 dan belum bisa dikendalikan sepenuhnya hingga saat ini.

“Terlihat bahwa di Stasiun Banjarbaru setelah pukul 06.00 ISPU untuk parameter PM 2,5 dan HC menunjukkan status TIDAK SEHAT dan untuk parameter PM 10 menunjukkan status SEDANG. Sedangkan di Stasiun Banjarmasin, untuk parameter PM 2,5 menunjukkan status SEDANG,” terang Hanifah.

Status SEDANG artinya tingkat kualitas udara masih dapat diterima pada kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan. Rekomendasi yang harus dilakukan yaitu setiap orang masih dapat beraktivitas di luar, namun kelompok sensitif agar mengurangi kegiatan fisik terlalu lama atau berat

Sedangkan status TIDAK SEHAT artinya tingkat kualitas udara bersifat merugikan pada manusia, hewan dan tumbuhan. Rekomendasi yang harus dilakukan yaitu setiap orang agar mengurangi aktivitas di luar ruangan, kelompok sensitif boleh melakukan aktivitas di luar tetapi mengambil rehat lebih sering dan melakukan aktivitas ringan, amati gejala berupa batuk atau sesak nafas penderita asma harus mengikuti petunjuk kesehatan untuk asma dan menyimpan obat asma. Untuk penderita penyakit jantung, gejala seperti palpitasi/jantung berdetak lebih cepat, sesak nafas atau kelelahan yang tidak biasa mungkin mengindikasikan masalah serius.

“Mengingat dampak negatif karhutla terhadap lingkungan dan mahluk hidup, kewaspadaan terhadap potensi karhutla harus diupayakan oleh semua orang. Larangan untuk membakar hutan dan lahan secara sengaja sudah termuat jelas dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan setiap tindakan yang melanggar dapat memperoleh konsekuensi secara hukum. Kejadian karhutla juga bisa bersumber dari hal-hal yang dianggap sepele seperti membuang puntung rokok, membakar sampah atau membiarkan sisa obat nyamuk bakar setelah beraktivitas di alam bebas. Edukasi dan sosialisasi tentang bahaya karhutla perlu terus dilaksanakan apalagi dalam musim kemarau panjang seperti saat ini,” tandas Hanifah. MC Kalsel/Rns

Mungkin Anda Menyukai