Gandeng Sastrawan Kurnia Effendi, Dispersip Kalsel Berbagi Tips Puisi Menghibur

Suasana Bincang Sastra Palnam, di Banjarmasin, Selasa (30/11/2021). MC Kalsel/Jml

Dengan menggandeng sastrawan nasional, Kurnia Effendi, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Kalimantan Selatan (Kalsel) memberikan sejumlah tips pembuatan puisi yang menghibur pada saat pandemi, melalui Bincang Sastra Palnam, di Banjarmasin, Selasa (30/11/2021).

Kegiatan yang dibuka oleh Kepala Bidang Pelayanan dan Pembinaan Dispersip Kalsel, Wildan Akhyar, mewakili Kadispersip Kalsel ini diikuti ratusan mahasiswa dari Banjarmasin.

Wildan mengatakan, dua tahun pandemi melanda banyak kecemasan dan kekhawatiran akan nasib dan masa depan. Ketidakpastian ini juga membuat orang-orang mencari pelarian secara emosional.

“Melalui puisi inikan bisa menawarkan ketenangan yang mana itu berguna sekali untuk batin kita selama masa pendemi ini,” kata Wildan.

Dia menambahkan, kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk Dispersip Kalsel menanamkan budaya literasi kepada generasi muda di Banua.

“Yang pasti melalui kegiatan ini kita ingin menanamkan budaya literasi kepada generasi muda kita. Menanamkan literasi tidak hanya sekedar dari buku, tapi juga bisa melalui puisi seperti ini,” ucap Wildan.

Sementara itu, Kurnia Effendi mengatakan dalam dunia sastra, puisi bukan hanya sekedar karya tulis belaka, tapi juga merupakan bentuk ekspresi doa dari para sastrawan atau penyair.

“Bagi para penyair puisi juga sebuah doa apalagi di masa pandemi ini agar segera berakhir. Puisi juga bisa menjadi penghibur bagi mereka yang tidak bisa kita jangkau langsung, dengan puisi bisa memberi mereka semangat dan motivasi untuk bangkit ditengah pandemi,” tutur Kurnia.

Agar puisi memiliki unsur menghibur dan memotivasi, penyair harus bisa menentukan tema yang menarik dan menyatu dengan kondisi yang terjadi saat ini.

Ke depan, melalui puisi Dia berharap tidak ada lagi jarak antara sastra dan masyarakat, terlebih puisi juga bisa membebaskan masyarakat dari belenggu kenyataan seperti pornografi, hukum, dan demografi.

“Selanjutnya, kejernihan pikiran atau kosakata agar puisi yang dibuat juga lebih komunikatif. Logika bahasa antar baris juga harus berkaitan, sehingga membuat makna puisi tersebut menjadi utuh,” kata Kurnia. MC Kalsel/Jml

Mungkin Anda Menyukai