Stanting Akibatkan SDM Indonesia Rendah

Gubernur Kalimantan Selatan, H. Sahbirin Noor didampingi Menteri Kesehatan RI  Nila F. Moeloek, memukul gong menandai dibukanya secara resmi Rakerkesda Provinsi Kalsel di Banjarmasin, Rabu (4/4/).

Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek mengatakan kasus kurang gizi dan stunting terhadap anak-anak akibat ketidaktahuan orang tua atas pemicu kedua penyakit itu. Stunting ditandai kelainan tinggi badan anak dibanding bocah seusianya.

Kasus kelainan semacam itu mengakibatkan  rendahnya SDM yang berkualitas. “Bukannya tidak pandai, tetapi otak anak hanya bisa menerima pelajaran sampai SD saja. Selebihnya dari itu sudah susah dia mencerna pelajaran,” kata Nila Moeloek saat pembukaan Rakerkesda Provinsi Kalsel di Banjarmasin, Rabu (4/4).

Pada 2013, ia mencatat angka stunting nasional mencapai 37,2 persen. Angka itu menunjukan bahwa dari 10 anak Indonesia, 4 anak di antaranya menderita stunting. Untuk menekan stunting, Nila mengatakan butuh kerjasama dengan pemangku kepentingan lain lewat pemanfaatan Dana Desa yang menjangkau pelosok.

Menurut dia, pemanfaatan Dana Desa dari Kementerian teknis memudahkan program GERMAS bisa masuk ke pelosok desa. “Jadi kerjasama Kementerian lain sangatlah penting untuk mencegah stunting,” ucap dia.

Ia menuturkan peran ayah dan ibu memberi pengaruh besar terhadap pertumbuhan anak. Apalagi sosok ibu kandung sangat penting ketika pemberian Air Susu Ibu (ASI) mesti rutin. Selain itu, pola makan ibu juga penting saat mengandung janin dan setelah melahirkan anak.

“Janganlah anak diberi makan nasi terus setiap hari,” kata Nila.

Wilayah di Indonesia dengan angka stunting tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat karena angka stunting bisa mencapai angka nasional 50 persen ke atas.

Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Muhammad Muslim mengatakan angka stunting yang paling tinggi terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU). Tapi, data yang baru didapat di tahun 2013-2017 angka stunting di HSU sudah menurun.

Dinkes Kalsel dan Pemkab HSU bersinergi melalui beberapa program, misalnya saat ibu mengandung, melahirkan, dan pemberian asupan gizi anak.

“Program perbaikan gizi mulai dari kehamilan sampai usia bayi berumur 2 tahun, kita menamakan program itu 1000 hari pertama kehidupan,” ujar Muslim.

Adapun Gubernur Kalimantan Selatan, H. Sahbirin Noor mengatakan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) menjadi fokus utama pemerintahannya. Sebab, kata dia, kualitas kesehatan yang baik turut menjadi indikator pembangunan daerah dan acuan keberhasilan program kesehatan dari pemerintah.

H. Sahbirin mengakui masih ada sejumlah daerah dengan tingkat perekonomian sangat rendah masih ditemukan stunting dan gizi buruk. MC Kalsel/rmd

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan