Sudah sejak lama, sungai menjadi urat nadi kehidupan masyarakat di Indonesia. Tidak hanya sebagai sumber kehidupan, tetapi juga menjadi mata pencaharian masyarakat yang bermukim dibantarannya. Sebut saja sungai Martapura, yang sudah sejak lama menjadi urat transportasi di Kalimantan Selatan, serta pusat perekonomian masyarakat kecil melalui pasar terapung. Sehingga wajar, jika isu mengenai kelestarian sungai menjadi penting untuk dibahas hingga saat ini.
Isu pelestarian sungai ini pula, yang menjadi salah satu topik pembahasan Kongres Sungai Indonesia III tahun 2017, yang berlangsung di Banjarmasin mulai 1 – 4 November 2017. Hal itu seperti diungkapkan Imam Santoso, Dirjen Sumber Daya Air Kementrian PUPR kepada wartawan, usai membuka secara resmi KSI III pada Rabu (01/11). Imam mengatakan, kongres ini dapat menjadi ajang tukar pikiran daerah yang dialiri sungai, untuk menjaga kelestariannya.
Hal senada juga diungkapkan Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Abdul Haris Makkie kepada wartawan, usai melepas ribuan bibit ikan patin di sungai Martapura. Haris mengatakan, Banjarmasin sebagai tuan rumah tentunya akan banyak mendapat ilmu dari rekan sejawatnya, terkait upaya pelestarian sungai. Apalagi saat ini, sejumlah sungai di Banjarmasin sudah mulai hilang atau menyempit, karena terdesak pemukiman penduduk. Selain itu, upaya ini juga untuk mempertahankan julukan Banjarmasin sebagai kota seribu sungai, serta kota dengan sungai terindah di Indonesia.