Banjarbaru (05/3), Tari Baksa Kembang awalnya merupakan tarian yang hanya di tampilkan di lingkungan kerajaan untuk menyambut tamu kehormatan atau kerabat kerajaan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, tarian ini mulai populer di masyarakat ketika kerajaan Banjar mulai membuka akses untuk masyarakat menyaksikan pertunjukan tari ini. Sehingga Tari Baksa Kembang mulai populer di masyarakat dan menjadi salah satu kebudayaan daerah di Kalimantan selatan.
Sebenarnya Tari Baksa Kembang memiliki berbagai versi yang berbeda, namun masih tidak meninggalkan versi aslinya. Beberapa versi tersebut di antaranya seperti Lagureh, Tapung Tali, Kijik, Jumanang. Di karenakan banyaknya versi yang ada, maka para seniman Tari Baksa Kembang dari beberapa versi yang ada di kumpulkan untuk menjadikan satu Tari Baksa Kembang yang baku. Setelah itu mulai di kenalkan oleh masyarakat luas dan menjadi Tari Baksa Kembang yang baku hingga kini.
Dalam pertunjukannya, penari di balut dengan busana khas Tari Baksa Kembang. Selain itu penari juga lengkapi dengan selendang yang di gunakan untuk menari, sehingga saat menari terlihat anggun dan mempesona. Salah satu yang khas dalam busana Tari Baksa Kembang adalah mahkota di kepalanya yang bernama Gajah Gemuling, yaitu mahkota yang di hiasi oleh dua Kembang Bogam ukuran kecil dan anyaman daun kelapa muda yang sering di sebut Halilipan.
Gerakan dalam tarian ini menggambarkan seperti putri – putri remaja yang sedang bermain di taman bunga. Mereka memetik beberapa bunga yang kemudian di rangkai menjadi kembang bogam dan mereka bawa sambil menari dengan lemah gemulai dan cantik. Dalam pertunjukannya, penari ini membawa sepasang kembang bogam di tangannya, yaitu rangkaian kembang mawar, melati, kantil dan kenanga. Kembang bogam ini akan dihadiahkan kepada tamu yang datang setelah tarian selesai. MC Kalsel/Scw.