Akreditasi A, Tantangan Baru Menunggu ULM

Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin Prof Sutarto Hadi didampingi pembantu rektor I,II,III sujud syukur saat ULM mendapatkan Akreditasi A. MC Kalsel/rmd

Banjarmasin,-
Setelah sekian lama menunggu hasil reakreditasi kampus, akhirnya Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin menuai hasil yang memuaskan dengan akreditasi A.

“Akreditasi A itu minimal nilainya 361, kita dapat nilai 365,” kata Rektor ULM Banjarmasin Prof Sutarto Hadi, rabu (20/03/2019).

“Kita langsung sujud syukur mendengar hasil tersebut,” tambah Sutarto.

Pasca meraih akreditasi A, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) akan mendorong dosen untuk meningkatkan jurnal ilmiah, baik terakreditasi nasional maupun internasional.

Peningkatan tersebut sesuai dengan Permenristekdikti Nomor 9 Tahun 2018 tentang Akreditasi Jurnal Ilmiah yang mengamanahkan lembaga akreditasi jurnal ilmiah bergabung di bawah Kemenristekdikti.

“Kita berupaya untuk membuat sendiri jurnal ilmiah terakreditasi nasional,” ucapnya di depan wartawan.

Sejauh ini, kata Prof Sutarto Hadi, ULM telah memiliki 14 jurnal ilmiah yang berstandar nasional dan internasional. Jurnal itu terdiri dari berbagai macam grade. Dari jurnal grade sinta 2 sampai dengan grade sinta 5.

“Sayangnya kita masih belum memiliki grade sinta 1,” jelasnya.

Ke depannya, ia akan mendorong Program Studi (Prodi) membuat jurnal sendiri. Kemudian jurnal tersebut dipublikasikan. Upaya tersebut didukung dengan adanya dosen bergelar doktor sekitar 310 orang atau sekitar 30 persen.

Saat ini, sambung Sutarto, ULM sangat unggul dengan jurnal ilmiah tentang lahan basah. Bahkan, ULM berada di peringkat ke 25 terkait publikasi jurnal ilmiah internasional.

“Kita unggul dengan lingkungan lahan basah. Selangkah lagi kita akan naik grade jadi Sinta 1,” cetusnya.

Rektor ULM Banjarmasin Prof Sutarto Hadi, saat memberikan keterangan pers usai mendapatkan akreditasi A. MC Kalsel/rms

Disisi lain ia juga merasa was-was  atas akreditasi A yang diraih. Mengingat, per 1 April 2019 instrumen penilaian akreditasi A akan berubah. Dari awalnya 7 instrumen menjadi 9 instrumen.

“Pertanyaannya, masih bisakah ULM mempertahan akreditasi unggul tersebut dengan 9 instrumen,” ucap Rektor ULM, Prof Sutarto Hadi kepada awak media, Selasa (19/3/2019).

Akreditasi A, kata Prof Sutarto, terdiri 3 kategori, yakni unggul, sangat baik dan baik. ULM sendiri termasuk akreditasi A unggul. Apabila sembilan instrumen tersebut diterapkan, Prof Sutarto ragu dengan kondisi ULM saat ini.

“Kalau sekarang bagi saya masih tidak,” cetusnya.

Menurutnya, ada beberapa indikator dalam perubahan instrumen nantinya. Pertama, ULM harus memiliki mahasiswa asing atau Internasional. Kedua, harusnya ada dosen asing yang dimiliki oleh ULM. Ketiga, harus terdapat Program Studi (Prodi) yang mendapatkan akreditasi internasional.

“Kalau menggunakan instrumen baru dengan 9 instrumen. Maka ULM sangat berbahaya,” jelasnya.

Namun, pihaknya telah mengantisipasi perihal tersebut. Beberapa dosen ULM telah dikirim ke Bangkok untuk mempelajari akreditasi internasional.

Mengingat, sambung Prof. Sutarto, Akreditasi berlaku selama 5 tahun ke depan.

“Minimal harus ada enam prodi yang mendapatkan akreditasi internasional, tentu tak mudah memang,” cetusnya.


Gerbang ULM Banjarmasin. MC Kalsel/rmd

Sejauh ini, Prof Sutarto menyebutkan jumlah prodi di ULM sebanyak 89 prodi. Apabila menggunakan penilaian 9 instrumen, maka perlu 5 persen prodi yang terakreditasi Internasional.

“Dalam 5 tahun kita bisa bertransformasi menjadi akreditasi internasional,” tutupnya.

Sekedar diketahui, ULM berhasil meraih akreditasi A dengan skor 365. Skor tersebut dinilai cukup. Mengingat, standar Perguruan Tinggi (PT) untuk mendapatkan akreditasi A mesti mendapatkan skor 361.

Terdapat beberapa komponen penilaian yang dinilai sempurna, diantaranya sistem keuangan ULM dan sarana dan prasarana, khususnya pembangunan 12 gedung baru yang bersumber dari Islamic Development Bank (IDB). MC Kalsel/rmd


Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan