Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel merilis perkembangan ekspor barang asal Kalsel pada Maret yang mencapai US$1,08 miliar atau naik 19,24 persen dibanding nilai ekspor bulan Februari 2024 yang sebesar US$908,80 juta.
Jika dibandingkan dengan nilai ekspor Maret 2023 yang mencapai US$1,33 miliar, nilai ekspor Maret 2024 ini turun sebesar 18,60 persen.
“Ekspor terbesar Kalsel pada Maret 2024 berdasarkan kode Harmonized System (HS) 2 dijit disumbangkan oleh kelompok bahan bakar mineral (HS 27) dengan nilai US$930,10 juta. Nilai tersebut mengalami kenaikan, yaitu sebesar 13,33 persen dibandingkan ekspor Februari 2024 yang sebesar US$820,67 juta,” ujar Kepala BPS Kalsel, Martin Wibisono, Banjarbaru, Kamis (1/5/2024).
Berdasarkan kontribusinya terhadap total ekspor Maret 2024, kelompok bahan bakar mineral (HS 27) memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 85,83 persen. Kemudian diikuti oleh kelompok lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) dan kelompok kayu dan barang dari kayu (HS 44) dengan kontribusi masing-masing sebesar 10,60 persen dan 1,54 persen.
“Nilai impor Kalsel pada Maret 2024 mencapai US$266,97 juta. Nilai ini mengalami kenaikan sebesar 38,94 persen jika dibandingkan dengan nilai impor Februari 2024 yang sebesar US$192,14 juta. Bila dibandingkan dengan nilai impor Maret 2023 yang mencapai US$82,58 juta, maka nilai impor Maret 2024 ini naik sebesar 223,29 persen,” kata Martin.
Martin pun menjelaskan, lima kelompok barang yang mempunyai nilai impor tertinggi yang masuk ke Kalsel adalah kelompok bahan bakar mineral (HS 27); diikuti kelompok mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84); kelompok pupuk (HS 31); kelompok kapal, perahu, dan struktur terapung (HS 89); serta kelompok bahan kimia organik (HS 29).
“Impor Kalsel pada Maret 2024 menurut negara asal tertinggi adalah dari Singapura dengan nilai US$150,72 juta, naik sebesar 41,30 persen dibandingkan pada Februari 2024 yang sebesar US$106,67 juta. Kemudian diikuti oleh impor dari Malaysia yang mencapai US$102,60 juta, disusul impor dari Tiongkok dengan nilai US$8,32 juta, impor dari Korea Selatan sebesar US$2,35 juta, dan impor dari Brunei Darussalam sebesar US$1,39 juta,” ujar Martin. MC Kalsel/scw