Perkembangan perekonomian dunia masih diwarnai dengan kenaikan harga komoditas dan risiko ketidakpastian global yang eskalatif. Sehubungan dengan itu, peran APBN diharapkan tetap waspada, antisipatif serta responsif sebagai shock absorber.
Kepala Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Sulaimansyah menyebutkan, kinerja neraca perdagangan di Kalsel pada September 2022 masih menunjukkan surplus walaupun tidak sebesar bulan lalu.
“Untuk kondisi makro ekonomi di Kalsel ditandai dengan peningkatan angka inflasi sebesar 1,42 persen,” kata Sulaimansyah, Banjarmasin, Jumat (21/10/2022).
Angka tersebut, dikatakan Sulaimansyah meningkat cukup tinggi jika dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami penurunan inflasi sebesar 0,42 persen.
“Kenaikan harga BBM yang telah diputuskan oleh pemerintah pada awal September 2022 telah mempengaruhi harga barang atau jasa yang terdampak secara langsung di lapangan, antara lain sektor transportasi serta perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya,” ucap Sulaimansyah.
Sulaimansyah menambahkan, kenaikan beberapa harga barang atau jasa tersebut telah mempengaruhi hasrat konsumsi masyarakat yang saat ini cenderung menurun.
Dengan kondisi tersebut, untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang sedang meningkat, pemerintah perlu menahan daya beli masyarakat agar tidak turun.
“Hal tersebut karena sebagian besar pertumbuhan ekonomi kita saat ini masih ditopang oleh permintaan domestik dan komoditas ekspor,” tambah Sulaimansyah.
Di sisi lain, menurut Sulaimansyah, upaya pemerintah untuk menahan laju inflasi yang semakin tinggi juga mempunyai peranan sangat penting.
“Antara lain diwujudkan dalam bentuk strategi menjaga pasokan bahan makanan di pasar untuk menjamin ketersediaannya sehingga harga bahan makanan tidak naik,” kata Sulaimansyah. MC Kalsel/Rns