Pentingnya Psikoedukasi Untuk Membentuk Karakter Tangguh Pada Remaja

Psikolog Klinis RSUD Moch Ansari Saleh Banjarmasin, Melinda Bahri (kiri) saat melakukan psikoedukasi kepada salah satu siswa SMPN 2 Alalak Kabupaten Batola. RSUD Ansari Saleh Bjm/dok

Sebagai bentuk usaha preventif membentuk remaja yang tangguh dalam menghadapi tantangan, SMPN 2 Alalak Kabupaten Barito Kuala (Batola) mengikuti Psikoedukasi yang dilaksanakan Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Batola dalam rangka Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia pada (10/9) lalu.

“Dari mereka itu perlu menjadi perhatian, karena pentingnya kesadaran diri para remaja agar dapat mengelola pikiran, perasaan dan perilakunya saat menghadapi tantangan dan permasalahan,” ucap Melinda Bahri selaku Psikolog Klinis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Moch Ansari Saleh Banjarmasin sekaligus Ketua IPK Klinis Provinsi Kalsel, Banjarmasin, Jumat (16/9/2022).

Melinda mengatakan, masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang cenderung meningkat, terutama di masa pandemi COVID-19 sekarang ini. 

“Dampak psikologis tersebut dialami anak-anak hingga lanjut usia dan kasus di lapangan yang sering ditemukan kesehatan remaja, diantaranya bulliying, pernikahan dini, kekerasan seksual, napza, kecemasan dan stres,” ungkap Melinda.

Dijelaskan Melinda, depresi terjadi karena stres dan kecemasan berkepanjangan yang menyebabkan terhambatnya aktivitas dan menurunnya kualitas fisik. 

“Pencegahan depresi dapat dilakukan dengan pengelolaan stres. Pengelolaan stres masing-masing individu berbeda, ada yang mengelola stres dengan melakukan kegiatan yang disukai, seperti hobi, melakukan kegiatan refreshing, mendekatkan diri dalam konteks spiritual keagamaan hingga bercerita kepada orang lain untuk mengurangi beban stres,” sebut Melinda.

Dilanjutkan Melinda, pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2 persen dan depresi berat akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri (self harm) hingga bunuh diri sebesar 80 sampai 90 persen, dan kasus bunuh diri di Indonesia bisa mencapai 10.000 atau setara dengan setiap satu jam terdapat kasus bunuh diri. 

Menurut ahli suciodologist 4.2 persen siswa di Indonesia pernah berpikir bunuh diri. Pada kalangan mahasiswa sebesar 6,9 persen mempunyai niat untuk bunuh diri dan 3 persen lainnya pernah melakukan percobaan bunuh diri. 

“Depresi pada remaja bisa diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya tekanan dalam bidang akademik, bullying, faktor keluarga dan permasalahan ekonomi,” kata Melinda. MC Kalsel/Ar

Mungkin Anda Menyukai