Tingginya curah hujan mengakibatkan harga cabai rawit di Kalimantan Selatan (Kalsel) mengalami kenaikan cukup drastis, akibat banyaknya lahan perkebunan cabai yang terendam. Hal tersebut ditanggapi Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Birhasani, Banjarmasin, Kamis (21/7/2022).
Birhasani mengatakan, harga jenis cabai rawit dipasaran masih relatif tinggi, sedangkan cabai merah besar atau cabai keriting harganya sekitar Rp80 ribu per kg.
“Yang harga melambung tinggi yaitu cabai rawit lokal mencapai Rp130 ribu per kg, artinya produk asli Kalsel memang terjadi lonjakan kenaikan meskipun pada umumnya tidak hanya di Kalsel, namun secara nasional mengalami kenaikan harga karena kejadian alam yang mengakibatkan gagal panen,” kata Birhasani.
Selain itu, Birhasani menyampaikan, pada Juni lalu petani terdampak banjir yang tidak hanya disebabkan curah hujan yang tinggi tetapi juga banjir rob. Sehingga terjadi kerusakan pada tanaman cabai dan kemudian dilakukan penanaman ulang.
“Dengan begitu mengakibatkan tertundanya musim tanam cabai, sehingga posisi cabai saat ini belum siap panen,” ujar Birhasani.
Dikatakan Birhasani, walaupun ada yang bisa di panen, tetapi hanya berkisar 15 persen dibandingkan saat normal, sehingga akan memengaruhi pasokan dan distribusi ke pasar yang berdampak pada kenaikan harga cukup tinggi. Meskipun ada alternatif lain, seperti memilih cabai tiung maupun cabai taji yang ada di Kalsel, namun suplai tidak mencukupi sehingga harus dibantu dari daerah lain.
“Setidaknya per dua hari, kita mendatangkan cabai dari luar daerah, yaitu dari Sulawesi dan Jawa Timur sebanyak dua hingga tiga ton per dua hari, sehingga dapat membantu meskipun harganya sudah tinggi,” kata Birhasani. MC Kalsel/scw