Selain pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir, Indonesia harus bersiap menghadapi kemarau panjang yang bisa saja berpotensi menyebabkan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di sejumlah daerah, termasuk Kalimantan Selatan.
Pada 6 Februari lalu, pemerintah pusat dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, telah menggelar rapat koordinasi nasional terkait peningkatan pengendalian Karhutla dan menginginkan semua pihak bersatu untuk mencegah dan menanggulangi Karhutla.
Di Kalimantan Selatan, Karhutla yang mengakibatkan kabut asap diperkirakan terjadi pada bulan Juli sampai Oktober 2020.
“Walaupun pandemi virus covid-19 belum ada tanda-tanda akan berakhir, BPBD Provinsi Kalimantan Selatan memiliki tugas lain yaitu penanggulangan Karhutla,” ujar Saefuddin Dinarja selaku Kepala Sub Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Selatan, Banjarbaru, Rabu (13/5/2020).
Sebagai antisipasi, lanjut Dinar, Gubernur Kalimantan Selatan telah mengeluarkan imbauan yang meminta semua kabupaten/kota siap siaga menghadapi Karhutla.
“Penanggulangan Karhutla di Kalsel tidak hanya ditangani oleh pemerintah saja, tetapi oleh semua unsur masyarakat yang disebut dengan pentaheliks,” kata Dinar.
Kemudian, Dinar mengatakan pihaknya juga tengah mempersiapkan sejumlah instrumen untuk mengatasi potensi bencana tersebut.
“Kita akan menyiapkan perangkat lunak juga peraturan hukum, Peraturan Gubernur, Keputusan Gubernur, mengenai siap siaga Kebakaran Hutan dan Lahan, Insya Allah di bulan Juni akan terbit,” ucap Dinar.
Selain itu menurut Dinar, BPBD Kalsel juga akan mendirikan posko di lima lokasi rawan Karhutla yaitu Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Barito Kuala, dengan titik fokus di Bandara Internasional Syamsudin Noor. MC Kalsel/scw