Bulog Kalsel Kenalkan Beras Bervitamin Untuk Atasi Stunting

Pimpinan Wilayah BULOG Kalimantan Selatan, Arif Mandu (kiri) didampingi Kabag Humas Perum Bulog Kalsel saat memperkenalkan Beras fortifikasi yaitu inovasi beras sehat (healthy rice) di ruang rapat Perum BULOG Kanwil Kalimantan Selatan, Kamis (6/2/2020). MC Kalsel/scw

Semangat Pemerintah untuk menciptakan SDM unggul melalui strategi percepatan pencegahan stunting (anak kerdil) dan program percepatan perbaikan gizi masyarakat, didukung penuh oleh Perum BULOG Kanwil Kalimantan Selatan melalui penyediaan pangan yang sehat dan bermutu yaitu beras berfortifikasi sebagai inovasi beras sehat (healthy rice). 

Beras fortifikasi tersebut diperkenalkan langsung oleh Pimpinan Wilayah BULOG Kalsel, Arif Mandu kepada seluruh awak media yang bertempat di ruang rapat Kanwil BULOG Kalsel, Kamis (6/2/2020).

“Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis dalam waktu cukup lama. Dari hasil Riskesdas 2018 terlihat tantangan percepatan pencegahan stunting masih cukup besar antara lain prevalensi (jumlah orang dalam populasi yang mengalami penyakit) balita stunting adalah 30,8% dan baduta stunting adalah 29,9%”, ujar Arif Mandu.

Percepatan penurunan stunting dapat dilakukan dengan mengatasi masalah yang diderita ibu hamil dan balita serta menurunkan proporsi anemia pada ibu hamil yang berdampak dalam peningkatan risiko kematian Ibu, penurunan gairah belajar dan kecerdasan serta produktifitas kerja Kemenkes (2001).

Lebih lanjut Arif Mandu menyampaikan bahwa sebagai wujud nyata dukungan BULOG dalam intervensi gizi sensitif untuk percepatan pencegahan stunting, adalah dengan merilis beras fortifikasi yaitu beras sehat yang telah diperkaya dengan vitamin dan mineral yang terdiri dari vitamin A, vitamin B1, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B9 (Asam Folat), vitamin B12, Zat Besi (Iron), dan Zinc.

“Beras fortifikasi diharapkan dapat menjadi solusi mengurangi serta menangani prevalensi stunting di Indonesia. Dengan mengkonsumsi beras fortifikasi diharapkan dapat menghasilkan SDM berkualitas dan mampu menjadi motor penggerak pembangunan bangsa yang kreatif, produktif dan berdaya saing tinggi,” ujar Arif Mandu.

Fortifikasi pangan di Indonesia bukan hal yang baru. Pada tahun 1986, Pemerintah melalui Kemenkes telah berhasil mengatasi masalah penyakit gondok melalui kebijakan yang mewajibkan fortifikasi garam dengan Iodium. Pada tahun 2003, Pemerintah juga telah mewajibkan fortifikasi Tepung Terigu dengan enam jenis vitamin dan mineral. Fortifikasi Minyak Goreng dengan Vitamin A juga sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu dan sedang dalam proses untuk diwajibkan.

“Terkait dengan tugas BULOG untuk mendukung program Pemerintah dalam intervensi gizi sensitif melalui peningkatan akses pangan bergizi, BULOG telah berinovasi dengan menyiapkan beras fortifikasi yang salah satunya dapat disalurkan kepada masyarakat berpendapatan rendah dengan harapan dapat semakin berdaya ungkit untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat,” tutup Arif Mandu. MC kalsel/scw

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan