Tradisi Baayun Maulid

Suasana Baayun Maulid yang digelar Pemko Banjarmasin di halaman Masjid Jami, Sungai Jingah, Banjarmasin, Selasa (20/11). MC Kalsel/rmd

Ada banyak tradisi yang dilakukan masyarakat Banjarmasin saat memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal 1440 H.

Salah satu tradisi yang selalu digelar di Banjarmasin adalah Baayun Maulid. Pemkot Banjarmasin menggelar tradisi Baayun Maulid di halaman Masjid Jami, Sungai Jingah, Banjarmasin, Selasa (20/11).

PEMKOT Banjarmasin menyediakan 492 ayunan, dan diikuti sekitar 800 peserta. Terpaksa, ayunan digunakan bergantian guna menampung peserta.

Kegiatan ini dihadiri Walikota Banjarmasin Ibnu Sina, Sekdakot Banjarmasin Hamli Kursani, Ketua TP PKK Banjarmasin Siti Wasilah.

Baayun Maulid adalah kegiatan mengayun bayi atau anak sambil membaca syair Maulid. Baayun Maulid dilaksanakan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW setiap tanggal 12 Rabiul Awal.

Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat Banjar. Baayun Maulid merupakan kegiatan mengayun anak (bayi) sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Tujuan tradisi ini adalah anak-anak Banjar jika sudah besar bisa mengikuti keteladanan Nabi Muhammad SAW dan berbakti kepada kedua orang tua.

Tradisi ini bisanya dilakukan di masjid. Peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan dalam Baayun Maulid adalah ayunan yang dibuat dari kain sarung wanita atau (tapih bahalai) yang pada ujungnya diikat dengan tali/pengait.

Kain ayunan terdiri dari tiga lapis. Lapisan paling atas adalah kain sarigading atau sasirangan (kain tenun khas Banjar). Ayunan dihias dengan janur pohon nipah atau enau, dan pohon kelapa, buah pisang, kue cucur, kue cincin, ketupat, dan hiasan lainnya.

Baayun Maulid memiliki syarat upacara yang disebut piduduk. Piduduk terdiri dari 3,5 liter beras, gula merah, dan garam untuk anak laki-laki, serta sedikit garam ditambah minyak goreng untuk anak perempuan. MC Kalsel/rmd

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan