Demi mempercepat operasional Bus Rapid Transit (BRT) di kawasan Banjarbakula (Banjarmasin, Banjarbaru, Martapura, Barito Kuala, dan Tanah Laut), Pemrov Kalsel menggandeng pihak swasta untuk membangun sarana berupa halte.
BRT sendiri ditargetkan beroperasi pada awal tahun 2019, namun ditahap awal hanya dua koridor dari 6 koridor yang dioperasikan,”bulan Desember 2018, BRT bantuan Menhub dikirimkan ke Kalsel, sekitar lima bus dari 15 bus yang dijanjikan,” kata Rudy Resnawan Wagub Kalsel, selepas Company Gathering Percepatan Operasional Angkutan Massal Bus Rapid Transit (BRT) di Banjarmasin, Sabtu (06/10).
Ditambahkannya, operasional BRT butuh ditopang 112 halte, baik ukuran kecil (sistem portabe), sedang, dan besar demi keperluan penumpang yang berangkat dan pulang,” untuk mewujudkan itu kita ajak swasta untuk berpartisipasi membangun, ini berupa ajakan bukan paksaan,”tambah Rudy.
Sementara Kadis Perhubungan Kalsel Rusdiansyah mengatakan, perusahaan yang ikut membangun halte akan di bebaskan memasang Logo atau iklan perusaannya,” yaa, semacam branding begitu, tapi itu tidak selamanya, hanya 3 tahun pertama,” kata Rusdiansyah.
Selain itu, desain halte serta bahan serta estimasi biaya pembuatan sudah disiapkan Pemprov Kalsel, termasuk soal desain, model, spesifikasi pihak pengusaha yang harus membangun. Biaya pembuatan satu halte berkisar Rp 25 juta hingga Rp 68 juta tergantung bahan.
“Halte akan dipusatkan di Terminal Pal 17 untuk koridor 2, dan koridor 1 dipusatkan di Pal 0,”pungkas Rusdiansyah. MC Kalsel/rmd