Fenomana alam memasuki musim kemarau membuat panas matahari pada siang hari sangat menyengat, tingkat rawan kebakaran lahan, hutan dan kebun di Provinsi Kalimantan Selatan pun makin tinggi, umumnya daerah-daerah rawan terjadi kebakaran lahan adalah di daerah lahan kritis yang ditumbuhi semak belukar dan lahan gambut.
Demikian kata Kepala Kepolisi Daerah (Kapolda) Provinsi Kalsel, Brigjen Pol Rachmat Mulyana saat pembukaan Rapat Koordinasi Lintas Sektoral yang digelar oleh Polda Kalsel dalam rangka Penganggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan (Karlahut) di Gedung Idham Chalid Setda Provinsi Kalsel, Banjarbaru, Selasa (15/8).
Menurutnya, selain faktor iklim, Karlahut juga disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang melakukan pembakaraan untuk membuka atau membersihkan lahan yang menyebabkan terjadinya kabut asap. Berdasarkan data dari satelit Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada awal tahun 2017 hingga Agustus 2017 tercatat ada sebanyak 104 titik panas (hotspot) di Kalsel.
“Pada tahun 2015 lalu jumlah titik panas di Kalsel sebanyak 4991 titik, dan 2016 sebanyak 1548 titik, serta pada tahun 2017 sebanyak 104 titik panas yang masih ada kemungkinan meningkat seiring dengan masuknya musim kemarau” ujarnya.
Lebih jauh Kapolda membeberkan, Karlahut di Kalsel saat ini masih sedikt dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Barat dan Riau. Dari seluruh Polda di Indonesia yang wilayahnya rawan terjadi Karlahut menurut penilaian Polri, Polda kalsel adalah yang terbaik dalam penanggulangan bencana Karlahut.
“Dengan melakukan berbagai persiapan seperti deteksi dini, pre-emtif, dan preventif dengan masyarakat, serta penegakan hukum diharapkan mampu meminimalisir terjadinya Karlahut di Kalsel, selain itu kita juga harus memberdayakan satuan tugas yang ada dalam melakukan penanggulangan Karlahut” pungkasnya. MC Kalsel/Jml