Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2021 di Kalimantan Selatan (Kalsel) tahun 2021 menunjukkan kinerja positif dengan capaian pendapatan negara sebesar Rp11,08 triliun atau 112,79 persen dari target yang ditetapkan.
“Untuk belanja negara di tahun 2021 dari alokasi Rp26,8 triliun, berhasil direalisasikan sebesar Rp26,3 triliun atau 98,31 persen. Kinerja tahun 2021 lebih baik dibanding tahun 2020,” kata Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Selatan, Sulaimansyah, Banjarmasin, Rabu (5/1/2022).
Menurut Sulaimansyah, capaian APBN di Kalimantan Selatan sejalan dengan pengendalian COVID-19 yang semakin baik, sehingga aktivitas ekonomi dapat berjalan lancar, ditopang oleh peningkatan berbagai harga komoditas unggulan.
“Capaian ini tidak lepas dari sinergi yang semakin kuat di internal Kementerian Keuangan, serta antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kami berharap kerja keras dan sinergi yang kuat dapat dilanjutkan dan ditingkatkan di tahun 2022 sehingga sasaran pembangunan di Kalimantan Selatan dapat segera terwujud untuk kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan,” ucap Sulaimansyah.
Capaian APBN di Kalsel ini diketahui sejalan dengan capaian nasional, yang berhasil mencatatkan pendapatan negara sebesar 114,9 persen atau sebesar Rp2.003,1 triliun.
Sektor perpajakan menyumbang Rp1.546,5 triliun atau kembali pada level pra pandemi pada tahun 2019 sebesar Rp1.546,1 triliun. Hal ini dipengaruhi
oleh membaiknya penerimaan pajak dari mayoritas sektor utama penyumbang penerimaan pajak, yang diikuti pemanfaatan stimulus perpajakan yang tinggi.
“Sementara kinerja penerimaan cukai dipengaruhi oleh kebijakan tarif cukai hasil tembakau, efektivitas pengawasan, serta peningkatan
aktivitas ekspor dan impor. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) didukung meningkatnya harga komoditas minyak mentah, minerba, CPO serta membaiknya layanan PNBP kementerian dan lembaga seiring meningkatnya aktivitas masyarakat,” kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani, melalui siaran pers Kementerian Keuangan.
Komponen penyumbang pendapatan lainnya adalah realisasi hibah yang mencapai Rp4,6 triliun, terutama berasal dari hibah dalam negeri langsung dan hibah luar negeri yang terencana pada kementerian dan lembaga.
“Jadi, kalau sekarang pendapatan negara mencapai Rp2.003,1 triliun, itu kita tumbuhnya 21,6 persen lebih tinggi dari APBN kita yang Rp1.743,6 triliun. Ini adalah suatu recovery dan rebound yang sangat kuat. Tahun lalu kontraksi 16 persen pukul telak oleh pandemi, tahun ini masih ada pandemi dan masih memukul dengan delta dan omicron, namun kita masih bisa tumbuh di 21,6 persen itu untuk memberikan perspektif,” kata Sri.
Di sisi belanja, terjadi peningkatan 7,4 persen dari realisasi tahun
2020, sejalan dengan strategi kebijakan APBN yang bersifat counter cyclical yang diambil pemerintah untuk menangani munculnya varian delta pada paruh kedua tahun 2021, serta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah dampak pandemi COVID-19.
“Kalau di sisi pendapatan negara ceritanya sangat kuat positif, belanja negara juga cukup kuat dan masih terjadi ekspansi kita berhasil membelanjakan Rp2.786, 8 triliun atau di atas APBN yang Rp2.750 triliun, ini 101,3 persen, artinya kita belanja Rp36,7 triliun lebih tinggi dari APBN atau tumbuhnya 7,4 persen,” ujar Sri. MC Kalsel/Rns