Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalsel, mengadakan Seminar 100 Profesor bicara Stunting dan pendewasaan usia perkawinan di Kalsel secara virtual.
“Kami BKKBN bertekad membangun dan semangat baru dalam mewujudkan keluarga berkualitas. BKKBN pada peringatan Harganas 2021 mengangkat tema Keluarga Keren, Cegah Stunting. Pada bebinar 100 profesor, Kalsel menghadirkan 3 profesor,” ucap Kepala BKKBN Kalsel, Ramlan, Selasa (6/7/2021).
Melalui seminar 100 profesor bicara stunting tersebut, diharapkan bisa mengarahkan langkah BKKBN dan stakeholder terkait untuk mencapai target yang diberikan yakni angka stunting pada 2024 menjadi 14 persen dari angka saat ini 27,6 persen.
“Kami berharap setiap tahun angka stunting bisa turun 3 persen, sehingga Kalsel khususnya bisa mencapai target. Apalagi BKKBN mendapatkan mandat dari Presiden untuk menjadi Ketua Pelaksana Program Percepatan Penurunan Stunting,” ujar dia.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2018 menunjukkan balita stunting di Indonesia mencapai 30,8% dan Provinsi Kalsel masih diatas prevalensi nasional sebesar 33,08% sehingga menempati posisi peringkat 9 (sembilan) tertinggi di Indonesia.
“Sedangkan hasil Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) tahun 2019 menunjukkan balita stunting sebesar 27,67% dan Provinsi Kalimantan Selatan menempati peringkat 7 (tujuh) tertinggi di Indonesia dengan balita stunting sebesar 31,75%,” terangnya.
Oleh sebab itu, stunting merupakan persoalan yang krusial, sehingga memerlukan penanganan yang komprehensif. “Tidak bisa hanya BKKBN saja tapi perlu lintas sektor dalam penanganan stunting,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam sambutan yang disampaikan secara virtual mengakui stunting di Indonesia masih cukup tinggi, sehingga dengan 100 profesor bicara stunting diharapkan ada kajian dan bisa menjadi referensi untuk membuat kebijakan.
Oleh karena itu, saat ini Indonesia membutuhkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan harus disiapkan dengan memanfaatkan bonus demografi yang tidak berlangsung lama.
“Jangan sampai lewat begitu saja, tanpa memetik dan mentransformasikan bonus demografi menjadi bonus kesejahteraan. Mereka yang muda sangat menentukan kesejahteraan masyarakat yang akan datang. Mereka yang akan menjadi pasangan baru dan melahirkan generasi baru,” tutur Hasto.
Hal senada juga disampaikan, Ketua Asosiasi Profesor Indonesia, Ari Purbayanto mengatakan dengan kegiatan 100 profesor bicara stunting sangat penting dan relevan karena untuk penanganan stunting dapat didekati dari sudut pandang keilmuan lintas disiplin ilmu.
“Kami berharap bisa memberikan andil, menyumbangkan pikiran kami untuk mengatasi stunting. Apalagi tidak hanya tugas pemerintah dalam hal ini BKKBN, tetapi semua sektor termasuk kaum akademik juga ikut bertanggung jawab dalam membangun keluarga dan mencegah stunting,” pungkasnya.
Untuk diketahui kegiatan seminar ini, menghadirkan 3 profesor yakni Profesor Husaini dengan materi Stunting dan Permasalahannya di Kalsel, Profesor Ahmad Alim Bachri dengan materi Peran Keluarga dalam Pendewasaan Usia Perkawinan di Kalsel, Profesor Setia Budhi dengan materi Stunting dan Pernikahan Usia Dini di Kalsel serta diikuti peserta baik pegawai Perwakilan BKKBN Provinsi Kalsel, Mahasiswa, Penyuluh KB, Masyarakat umum dan lainnya. MC Kalsel/tgh