Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kalimantan Selatan melakukan pendataan terhadap penggiat UMKM yang terdampak Covid-19 di seluruh kabupaten/kota se-Kalsel. Tercatat, 1.070 penggiat UMKM telah terdata secara online.
“Sampai hari ini, didapat data 1.070 UMKM yang melaporkan terkena dampak Covid-19, ini tersebar di 13 kabupaten/kota dan ada 3 jenis usaha yang paling banyak terkena dampak yakni kuliner 64 persen, fashion 6,1 persen dan kerajinan 7,8 persen serta jenis lainnya 22,1 persen,” ujar Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kalsel, Gustafa Yandi, Banjarmasin, Senin, (13/4/2020).
Untuk responden terbanyak, lanjut Yandi, berasal dari Hulu Sungai Selatan, disusul Banjarmasin dan Barito Kuala.
“Kabupaten/kota terbanyak yang memberikan respon yaitu HSS sebanyak 267 responden, Banjarmasin 209 responden, dan Batola 129 responden,” kata Yandi.
Yandi menuturkan pihaknya mendapatkan informasi bahwa pengaruh paling tinggi terjadi di sektor produksi, dikarenakan bahan baku sangat terbatas sehingga mengakibatkan tingginya harga.
“Dari sisi persediaan bahan baku, sebanyak 887 penggiat UMKM menyatakan bahwa sebelum Covid-19 harga bahan baku tersedia dengan harga yang terjangkau, namun setelah Covid-19 hanya 154 Penggiat UMKM menyatakan hal tersebut,” terang Yandi.
Saat ini, dikatakan Yandi, telah terjadi pergeseran tempat penjualan, karena sebagian besar pelaku usaha memilih menutup toko dan beralih melakukan penjualan secara online.
“Sebelumnya 754 Penggiat UMKM memiliki offline store atau toko, saat ini hanya 653 Penggiat UMKM saja yang masih memilikinya (toko). Hal ini menunjukan terjadinya penutupan terhadap toko yang cukup signifikan, yaitu sebanyak 101 toko,” ucap Yandi.
Yandi berharap agar pandemi Covid-19 segera berakhir dan perekonomian dapat pulih kembali, termasuk bagi pelaku UMKM. MC Kalsel/scw
