Banjarbaru (11/3), Mengenal lebih dekat sejarah dan peninggalan dari daerah Banjar, Kalimantan Selatan
Museum Lambung Mangkurat merupakan museum yang terdapat di kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Gedung dua lantai dengan total luas area 1,5 Ha, museum yang diresmikan Mendikbud, Daoed Yoesoef pada 1979 tersebut memiliki 11.965 koleksi. Koleksi-koleksi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 10 jenis yaitu, Geologi/Geografi, Biologi, Etnografika, Arkeologi, Historika, Numismatika/Heraldika, Filologi, Keramologi, Seni Rupa, dan Teknologi.
Bangunan museum ini berarsitektur rumah tradisional Banjar disebut Rumah Bubungan Tinggi, yang dipoles dengan gaya modern. Barang koleksi museum terdiri dari peninggalan Kesultanan Banjar, Candi agung, dan Candi laras, perkakas dari batu, ukiran kayu Ulin, perkakas pertanian, perabot rumah tangga, alat musik tradisional dan sebagainya.
Di lantai pertama, terdapat tiga ruang pameran (display), yaitu satu ruang pameran terbuka dan dua ruang pameran tertutup. Di ruang pameran terbuka, para pengunjung dapat melihat tiga alat transportasi sungai masyarakat Banjar yaitu: jukung sudur, perahu pandan liris, dan jukung tambangan. Selain ketiga jenis tersebut, pengunjung juga dapat melihat beragam fosil fauna laut, seperti kerangka ikan paus (Rhineodon Typus Cotaceae).
Sementara di kedua ruang pameran tertutup, pengunjung akan dibawa masuk ke masa prasejarah. Di salah satu ruangan tertutup ini, pengunjung dapat menyaksikan peralatan yang digunakan pada masa prasejarah, seperti: beliung, kapak bahu, pahat kapak lonjong, tuangan kapak perunggu dan benda-benda lainnya. Sedangkan di ruang pameran tertutup yang lain, pengunjung akan menyaksikan beragam peninggalan Kerajaan Banjar.
Di lantai dua, pengunjung akan menyaksikan lukisan foto etnis dan peta persebaran suku bangsa yang berdiam di wilayah Kalimantan Selatan. Di
tempat ini, para pengunjung juga dapat melihat berbagai bentuk rumah tradisional Banjar, seperti; Bubungan Tinggi, Gajah Manyusu, dan lain
sebagainya. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan etalase lengkap daur hidup masyarakat Banjar, dari fase kelahiran, anak-anak, menjelang dewasa, menikah, melahirkan hingga meninggal dunia. Fase-fase tersebut, dideskripsikan dalam bentuk upacara-upacara yang dekat dengan perkembangan Islam seperti tradisi Baayun Anak, Basunat, Baantar Jujuran, Batamat Al-Quran, Bakawinan, dan lain sebagainya. MC Kalsel/Scw