Al-Qur’an Digital Bahasa Daerah Pertama diluncurkan

Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin (tengah) didampingi Wakil Gubernur Kalsel H. Rudy Resnawan (kiri) dan Rektor UIN Antasari Banjarmasin H. Mujiburrahman saat meluncurkan dengan resmi Al Quran dan Terjemahannya ke dalam Bahasa Banjar Versi Aplikasi Digital di Aula UIN Antasari Banjarmasin, Senin (26/2). Mc Kalsel / Fuz

Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin, melouncing secara langsung Al-quran dengan terjemah bahasa banjar berbasis digital, senin (26/2) di aula UIN Antasari Banjarmsin.

Dalam kesempatan itu, Lukman mengatakan sangat mengapresiasi pembuatan Al-qur’an dengan terjemah bahasa banjar berbasis digital ini,” Inisiatif pembuatan aplikasi ini sungguh sangat bagus, saya kira ini yang pertama di indonesia,” ucapnya.

Lukman menambahkan Al-qur’an sangat penting untuk difahami secara lebih mendalam dan bahasa ibu atau bahasa daerah sangat memudahkan hal tersebut,” Bahasa ibu punya kedekatan yang lebih baik dari bahasa yang lain, hingga pasti memudahkan dalam memahami isi kandungan Al’qur’an,” ungkap Lukman.

Selain itu Menteri Agama juga menegaskan bahwa terjemahan bukanlah hakekatnya atau bukan identik dari Al-qur’an,” bahkan dua imam besar dalam bidang fiqih pun bisa berbeda pendapat, itulah mengapa terjemah bisa sangat beragam namun firman Allah adalah satu,” tambah Lukman.

Sementara rektor UIN Antasari Banjarmasin  Prof DR H Mujiburrahman mengatakan, masyarakat Indonesia sangat majemuk, ada banyak bahasa daerah bahkan sudah banyak bahasa daerah yang mulai punah,”Pembuatan Alquran bahasa banjar juga dimaksudkan untuk menjaga bahasa banjar dari kepunahan,”ungkap mujib

Sebelum dibuat menjadi aplikasi digital, sebenarnya Al-qur’an dengan terjemah bahasa banjar sudah dibuat dalam versi cetaknya, namun melihat zaman yang sudah serba online jadi diinisiasilah pembuatan versi digital, “Pembuatan aplikasi ini, juga menyasar kaum muda, yang sekarang sudah serba digital,” ungkapnya.

Proses penerjemahannya ke Bahasa Banjar dari Al-quran cetak ke digital ternyata memakan waktu sekitar 1,5 bulan lebih.

“Dana yang gunakan sekitar 20 juta, lebih murah kalo kita harus mencetaknya,” ungkapnya.

Dalam penerjemahan ini dilakukan puluhan tim penyerjemah diketuai Prof Dr Abdullah Karim MAg, Prof Dr H Akh Fauzi Aseri dan anggota Dr Dzikri Nirwana MAg, Dr Rusydi MAg, Dr Wardani MAg, Dr Zulkifli MPd, H Ahmad Mujahid dan para akedemisi lainnya.

Rektor UIN Antasari Prof Dr Mujiburrahman, SAg, MA yang juga salah satu akademisi dan juga sosiolog yang terlibat dalam proses penterjemahan ini mengatakan, ide penterjemahan Alquran ke bahasa daerah ini dimulai 2016.

Penerjamahan kerjasama dengan Badan Litbang Pusat Kementerian Agama dan Fakultas Ushuluddin. MC Kalsel/rmd

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan