Dalam upaya untuk memajukan transisi energi dan mendukung ekonomi hijau di Pulau Kalimantan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan (KPw BI Kalsel) menyelenggarakan Green Seminar 2024 di salah satu hotel di Kota Banjarmasin.
Seminar ini dihadiri oleh berbagai stakeholder termasuk pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat umum, untuk membahas strategi dan inisiatif dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan mengoptimalkan potensi energi terbarukan.
Kepala KPw BI Kalsel, Fadjar Majardi, dalam sambutannya menekankan bahwa Green Seminar 2024 merupakan kelanjutan dari Seminar Internasional 2023 dan kini semakin berfokus pada pembentukan perilaku hijau di masyarakat.
Ia juga menyoroti pentingnya sinergi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, bisnis, perbankan, LSM, dan masyarakat lokal, dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.
“Kita berharap bahwa branding baru dari seminar ini akan mempermudah pemahaman dan implementasi konsep ekonomi hijau, serta memperkuat upaya menuju pembangunan berkelanjutan di Kalsel,” ujar Fadjar, Selasa (10/9/2024).
Lebih lanjut dijelaskannya, komitmen Bank Indonesia untuk terus memperkuat kebijakan stabilisasi harga dan pengembangan pembiayaan hijau, serta mendukung transformasi sistem keuangan hijau di Indonesia.
“Greenovation, yang diluncurkan pada seminar internasional tahun lalu, juga mendapatkan perhatian khusus sebagai upaya untuk menjaring ide inovatif dan proyek implementatif dalam ekonomi hijau,” tuturnya.
Sebagai bagian dari seminar ini Prof. Kornelis Blok, anggota panel IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menyampaikan keynote speech mengenai urgensi transisi energi dan pengurangan emisi gas rumah kaca untuk menghadapi perubahan iklim global.
Prof. Blok menekankan bahwa dunia, termasuk Indonesia, perlu mengurangi emisi CO2 hingga nol pada pertengahan abad ini, Ia menggarisbawahi dampak perubahan iklim yang semakin nyata, seperti fenomena cuaca ekstrem dan bencana alam yang global. Lalu Ia memberikan kabar baik bahwa 30 persen listrik dunia kini dihasilkan dari energi terbarukan, dengan pertumbuhan signifikan pada tenaga angin dan matahari.
Ia mencatat bahwa China memimpin dalam instalasi energi terbarukan global, diikuti oleh Eropa dan kawasan lainnya, sementara Indonesia, menurut Prof. Blok, memiliki kekayaan sumber daya energi terbarukan, termasuk tenaga surya, angin, air, bioenergi, panas bumi, dan energi laut.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh timnya, simulasi sistem energi listrik Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2050, energi matahari akan menjadi sumber dominan, menyumbang lebih dari setengah produksi listrik.
“Meski demikian, energi terbarukan lain seperti bioenergi, panas bumi, dan tenaga air juga akan berperan penting dalam sistem tenaga listrik Indonesia,” ujarnya.
Prof. Blok merekomendasikan pentingnya meningkatkan konektivitas antar pulau untuk membangun sistem energi yang lebih terjangkau dan efisien, Pulau Kalimantan, menurutnya dapat memainkan peran sentral dalam penyediaan energi terbarukan, tidak hanya untuk konsumsi lokal tetapi juga untuk pasokan listrik ke pulau-pulau lain di Indonesia.
“Potensi besar Kalimantan dalam energi terbarukan memberikan peluang bagi pertumbuhan ekonomi baru, mengingat kebijakan global yang mengharuskan pengurangan produksi batu bara,” papar Prof. Blok.
Ia juga merekomendasikan Kalimantan sebagai lokasi ideal untuk pengembangan manufaktur panel surya domestik dan teknologi energi terbarukan lainnya seperti PLTA mengingat Pulau Kalimantan yang memiliki sungai-sungai yang besar sebagai sumber PLTA. MC Kalsel/Fuz