Setelah sukses di SMA Negeri 4 Banjarmasin, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan (Kalsel) melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalsel kembali menyasar SMA Negeri 2 Banjarbaru untuk mengadakan pelaksanaan implementasi Germas Cinta Banua (Gerakan Remaja Sehat, Ceria, Inovatif, Tangguh dan Aktif Bangun Negeri Bersama) di Banjarbaru.
Kegiatan tersebut diawali dengan penandatanganan komitmen bersama untuk peningkatan kesehatan remaja dikalangan anak sekolah oleh Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor beserta Kadis Kesehatan Kalsel, Raudatul Jannah dan jajaran SKPD terkait.
Dikesempatannya Sahbirin Noor mengatakan, kegiatan ini sebagai salah satu peningkatan kesehatan anak yang berkualitas, hal ini didasari pentingnya kesehatan usia anak sekolah dan remaja yang merupakan investasi yang akan menentukan masa depan bangsa dan Banua.
“Hari ini kita membuat gembira anak-anak, tentunya sambil menyisipkan edukasi kesehatan pada remaja agar bermanfaat, sehingga dapat memberikan peningkatan kesehatan anak remaja. Tadi kita sempat melihat hasil pemeriksaan anak-anak yang mana hasil kesehatan mereka sangat bagus semua,” kata Sahbirin Noor, Banjarmasin, Senin (27/05/2024).
Menurutnya, kampanye sekolah sehat sebagai implementasi dari pembudayaan Germas dilakukan untuk mewujudkan anak Indonesia yang sehat, kuat dan cerdas berkarakter.
“Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis dalam pelaksanaan program kesehatan. Selain jumlahnya yang besar, yaitu 25 persen diantara jumlah penduduk, anak usia sekolah juga sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik,” ujar Sahbirin.
Sehingga, upaya promotif dan preventif melalui Implementasi Germas Cinta Banua di sekolah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku warga sekolah dalam melaksanakan budaya hidup sehat dan terciptanya lingkungan sekolah sehat menuju masyarakat Kalsel yang Maju.
Kepala Dinkes Provinsi Kalsel, Raudatul Jannah menyampaikan anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang paling sehat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Namun perilaku mereka dapat mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada saat ini atau di kemudian hari.
Data dari Riskesdas terakhir menunjukkan sebanyak 25,7 persen remaja berusia 13-15 tahun dan 8,1 persen remaja berusia 16-18 tahun mengalami stunting. Terkait kesehatan reproduksi, 5,3 persen remaja pernah melakukan hubungan seks pranikah dan hanya 36 persen remaja pernah diajarkan cara menolak ajakan hubungan seksual. Isu lainnya adalah angka perokok pada usia anak dan remaja, yaitu 22 persen remaja pernah merokok, yang 6,4 persen diantaranya masih aktif merokok.
Oleh karena itu pada kegiatan tersebut juga dirangkai dengan pemeriksaan kesehatan ini edukasi dan aksi bersama (aktifitas fisik, sarapan bersama, minum TTD, CTPS, pemantauan jentik, pengukuran antropometri, pemeriksaan PTM, Hb dan Golongan Darah) dan antirokok serta kampanye pernikahan usia dini. MC Kalsel/scw