Dalam rangka peningkatan pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri dan ibu hamil agar terhindar dari anemia, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan telah mengeluarkan kebijakan Gerakan Aksi Bergizi di semua SMP dan SMA sederajat.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Diauddin saat membuka kegiatan Pembinaan Bagi/Kota Dalam Upaya Peningkatan Cakupan Rematri Minum TTD Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2023 di salah satu Hotel di Banjarmasin, Jumat (14/4/2023).
Ia mengatakan, hasil pemeriksaan di Kalimantan Selatan Tahun 2018 menunjukkan bahwa remaja putri mengalami anemia sebesar 52,98%, dan setelah dilakukan intervensi dengan Tablet Tambah Darah (TTD) mengalami penurunan menjadi 32,44%. Kemudian pada tahun 2019 anemia remaja putri mencapai 42,45% dan setelah dilakukan intervensi dengan TTD mengalami penurunan menjadi 27,03%.
“Data bulan Januari 2023 menunjukkan remaja (kelas 7 dan 10) yang diskrining anemia sebanyak 3.316 remaja, 923 remaja mengalami anemia (27,8%). Persentase rematri minum TTD 26-52 tablet (TW 4) Tahun 2022, dalam aplikasi sigizi terpadu hanya mencapai sebesar 37,79%,” ujarnya.
Lanjut Ia menambahkan, indikator persentase remaja puteri mengonsumsi TTD, merupakan salah satu indikator layanan intervensi spesifik dalam percepatan penurunan stunting dan masalah gizi terjadi pada lifecycle termasuk anak usia sekolah dan remaja.
“Selain remaja putri, ibu hamil juga berisiko anemia. Anemia ibu hamil di Kalimantan Selatan pada tahun 2022 sebesar 16,40%. Anemia bagi ibu dan janin dapat berdampak, lahir prematur, Berat badan yang rendah saat lahir (BBLR), Abortus, pendarahan pada persalinan, depresi saat melahirkan dan hingga kematian,” ucapnya.
Ia menuturkan, masalah gizi yang terjadi di Kalimantan Selatan terkait dengan masalah gizi dan kesehatan ibu hamil dan menyusui, bayi yang baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun (baduta), termasuk remaja putri. Oleh karena itu, menurutnya, kebijakan perbaikan gizi saat ini dengan pendekatan intervensi spesifik dan sensitif.
“Jadi program penanggulangan anemia saat ini adalah edukasi gizi seimbang, suplementasi TTD dan Fortifikasi Zat Besi,” katanya.
Ia berharap, dengan pertemuan ini dapat dilakukan Aksi Bergizi setiap minggu di SMP/SMA sederajat, dan meningkatkan komitmen di daerah dalam pelaksanaan pemberian TTD pada remaja putri melalui adanya regulasi daerah.
“Saya percaya, kita akan mampu mencapai hasil yang lebih baik pada tahun yang akan datang, apabila kita dengan sungguh – sungguh melakukannya,” pungkasnya. MC Kalsel/tgh