Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) bekerjasama dengan Dispersip Kabupaten Banjar melaksanakan Pelatihan Sulam Arguci sebagai bentuk transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Kepala Dispersip Kalsel, Nurliani Dardie diwakili Kepala Bidang Pelayanan dan Pembinaan Perpustakaan, Wildan Akhyar mengatakan pelatihan ini adalah kegiatan Pengembangan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial kedua dari lima kegiatan di 2023 yang pelaksanaannya memang ditempatkan di kabupaten/kota di Kalsel.
“Kegiatan ini adalah bagian dari kolaborasi dalam penguatan sinergi mencapai suatu tujuan bersama untuk mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat,” kata Wildan melalui siaran pers Dispersip Kalsel, Banjarmasin, Rabu (22/2/2023).
Dia berharap keterampilan yang didapat dapat bermanfaat bagi para peserta untuk meningkatkan perekonomian keluarga.
“Ini salah satu maksud tranformasi. Perpustakaan tidak hanya tempat membaca dan meminjam buku, namun juga untuk mengembangkan keterampilan untuk menunjang kesejahteraan,” tuturnya.
Ditambahkan Wildan, program yang berasal dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ini bertujuan memperkuat peran perpustakaan umum dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga kemampuan literasi menguat, yang berujung pada peningkatan kreativitas masyarakat.
Sementara, Kepala Bidang Perpustakaan Dispersip Kabupaten Banjar, Noor Aida mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Dispersip Kalsel untuk melaksanakan Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Menurutnya, kegiatan ini diikuti sekitar 50 peserta dari berbagai kalangan.
“Peserta kegiatan ini berasal dari PKK Kabupaten, PKK Kecamatan, Ikatan Adhyaksa Dharmakarini (IAD) Kabupaten Banjar, serta para pengelolaan perpustakaan desa di Kabupaten Banjar,” ungkapnya.
Sedangkan, Pengrajin Sulam Arguci dari Pasayangan Kabupaten Banjar, Yuliati sekaligus pemateri pada kegiatan tersebut menjelaskan, sulam arguci merupakan salah satu kerajinan tangan bahari (tua) khas suku Banjar yang telah populer sejak ratusan tahun silam.
“Menurut kisah dalam budaya tutur masyarakat Banjar yang secara turun-temurun terus dijaga, konon arguci merupakan simbol kemewahan pembesar kesultanan Banjar dan para pagustian (bangsawan/keluarga kerajaan),” jelasnya. MC Kalsel/Jml