Untuk mengakhiri kematian bayi dan balita dengan menurunkan angka kematian bayi dan balita diperlukan peningkatkan derajat kesehatan anak dan pembangunan berkelanjutan.
Agar hal tersebut dapat terealisasi, Dinas Kesehatan Kalsel melaksanakan Rapat Koordinasi Pemantauan Kesehatan Balita dan Pra Sekolah Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan 2022.
Berdasarkan Riskedas 2018, profil tumbuh kembang anak usia dini menunjukkan 30,8% stunting, 17,7% gizi kurang dan 38,5% mengalami anemia.
Sedangkan capaian kemampuan emosional baru mencapai 69,9% serta kemampuan literasi-numerasi mencapai 64,6% (Analisis Perkembangan anak usia dini 2018, Integrasi Susenas-Riskesdas 2018).
“Data tahun 2019 menunjukkan bahwa dari 3.414.150 orang di Indonesia yang diperkirakan sakit TBC, 11,92% anak usia 0-14 tahun yang terdiagnosis dan tercatat diprogram TBC nasional”, kata Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Diauddin di Banjarmasin, Jumat (22/7/2022).
Usia dini (0-6 tahun) merupakan periode paling kritis dan penentu di seluruh siklus kehidupan manusia. Puncak perkembangan terjadi pada periode usia ini. Sehingga, kebutuhan esensial yang tidak mencukupi dapat berdampak permanen berupa kehilangan potensi kecerdasan, ketidaksiapan bersekolah, prestasi belajar rendah, daya tahan tubuh lemah dan produktifitas rendah pada usia selanjutnya.
Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan ini merupakan tugas dan tanggung jawab bersama lintas sektor dan lintas program antara lain, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kanwil Kementerian Agama dan HIMPAUDI/ IGTK/ IGRA.
“Sehingga, masing-masing pihak diharapkan melakukan tugas dan perannya secara holistik dan terintegrasi,” tuturnya.
Lanjut Ia terangkan, pemantauan kesehatan dan tumbuh kembang harus dilakukan berkala yang idealnya mencakup semua anak.
“Semakin cepat diketahui gangguan kesehatan dan tumbuh kembang yang dialami anak, akan semakin cepat dan tepat intervensi yang dapat diberikan,” ujarnya. MC Kalsel/tgh