Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) melaksanakan Workshop Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Pra, Saat dan Pasca Tingkat Provinsi Kalsel sebagai bagian dari klaster kesehatan di bidang bencana dimasa Pra Bencana.
“Kegiatan ini diharapkan mampu meminimalisir dampak kesehatan yang ditimbulkan dari bencana, sehingga dapat mengurangi korban, dimana setiap subklaster bidang kesehatan mengambil bagian dalam penanggulangan bencana mempunyai peran dan fungsinya masing-masing,” kata Kepala Dinkes Kalsel, Diauddin, Banjarmasin, Rabu (6/7/2022).
Diauddin mengatakan, Kalsel termasuk wilayah yang rawan terhadap bencana, baik bencana alam maupun non alam.
Menurut data dari 2018 hingga 2021, Diauddin menyampaikan, terjadi peningkatan frekuensi bencana alam sehingga jumlah penduduk yang terdampak juga meningkat.
“Pada 2018 sebanyak 7.918 jiwa, 2019 sebanyak 45.993 jiwa, 2020 sebanyak 86,528 jiwa, sedangkan pada 2021 jumlah penduduk yang terdampak bencana alam yaitu 644.913 jiwa,” ujar Diauddin.
Diauddin melanjutkan, dari data diatas jumlah penduduk yang terdampak terbesar yaitu di 2021 dimana pada tahun tersebut terjadi banjir yang melanda 11 kabupaten/kota.
Oleh karena itu, semakin banyaknya frekuensi bencana alam maka jumlah yang terdampak juga akan semakin meningkat, sehingga krisis kesehatan akibat bencana juga akan semakin meningkat dan dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di masyarakat jika tidak ditangani secara maksimal.
Untuk mengantisipasi dampak bencana tersebut, perlu mencari suatu solusi bersama, sehingga dampak korban jiwa yang ditimbulkan akibat bencana dan KLB dapat diminimalisir.
“Melalui kegiatan ini diharapkan kerja sama lintas sektor dan program di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota semakin meningkat, sehingga koordinasi dalam penanganan kejadian bencana dapat berjalan lancar,” jelas Diauddin. MC Kalsel/scw