Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel mengadakan pertemuan monitoring dan evaluasi laboratorium pemeriksaan BTA mikroskopis Tuberkulosis (TB) tingkat Provinsi Kalsel angkatan I di Banjarmasin.
Laboratorium TBC merupakan komponen utama dalam program pengendalian TBC yang berperan untuk mendiagnosis dan mengevaluasi pengobatan TBC.
“Berdasarkan surat edaran Dirjen P2P Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang perubahan alur diagnosis dan pengobatan TBC di Indonesia, yaitu bahwa alat diagnosis TBC utama adalah Tes Cepat Molekuler (TCM),” kata Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Diauddin, Jumat (1/7/2022).
Dengan tetap digunakannya pemeriksaan mikroskopis untuk pemeriksaan laboratorium TBC, maka penjaminan kualitas pemeriksaan mikroskopis harus dilakukan secara berkala.
“Jadi Pemantapan Mutu Eksternal (PME) mikroskopis salah satunya adalah uji silang secara bertingkat dari mulai tingkat Fasyankes, Laboratorium Rujukan Intermediet, Laboratorium Rujukan Provinsi hingga Laboratorium Rujukan Nasional,” ujarnya.
Uji silang mikroskopis TBC sangat penting untuk menjamin kualitas pemeriksaan mikroskopis TBC, sehingga indikator TBC yaitu penemuan kasus TBC dan angka keberhasilan pengobatan dapat dipertanggungjawabkan.
“Sedangkan pelaporan kegiatan uji silang mikroskopis TBC dilakukan menggunakan aplikasi e-TBC12 berbasis website,” ungkapnya.
Sementara itu, Panitia acara Eda Varia Rahmi menjelaskan pertemuan ini untuk membahas pembaruan petunjuk teknis pemeriksaan mikroskopis telah dilaksanakan pada bulan Desember 2021.
Berdasarkan data tahun 2021 (data per 30 Maret 2022), partisipasi fasilitas kesehatan (faskes) yang mengikuti PME uji silang mikroskopis TB adalah 56,14% (TW1), 56,14 % (TW2), 57,89% (TW3), dan 85,96% (TW4), dari 146 faskes mikroskopis TB.
“Guna memudahkan pelaporan pelaksanaan uji silang mikroskopis TB, telah dibuatkan perangkat e-TBC12 dan telah disosialisasikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan kabupaten/kota, Laboratorium Rujukan Provinsi, serta Laboratorium Rujukan Intermediate, serta Faskes pemeriksa mikroskopis TB,” ungkapnya.
Ia berharap semua petugas kesehatan yang menangani pelaporan laboratorium TBC dapat memanfaatkan betul aplikasi e-TB12 agar penemuan kasus TBC dan angka keberhasilan pengobatan dapat dipertanggungjawabkan.
“Ini perlu betul-betul ketelitian dan tenaga yang berkompeten dalam menjalankan pelaporan pemeriksaan Laboratorium TBC ini,” pungkasnya.
Kegiatan tersebut diikuti 60 peserta yaitu Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, analis Puskesmas Laboratorium, pengelola Program TB Provinsi Kalsel, pengelola Program TB Kab/Kota, Laboratorium Kesehatan Kalsel dan lainnya. MC Kalsel/tgh