Hadirnya teknologi informasi memberikan manfaat begitu besar dalam kehidupan, meskipun di sisi lain juga berpeluang memberikan dampak buruk, seperti terorisme dan radikalisme.
“Untuk mereka yang aktif di internet dan media sosial inilah, diperlukan pemahaman tentang bagaimana mengembangkan pengetahuan digital (digital skill), sehingga mampu menebarkan kebajikan dan mengajak masyarakat melalui konten-konten yang mereka buat untuk menguatkan nilai-nilai Pancasila dan pluralisme ditengah-tengah masyarakat kita,” kata Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, Sulkan, pada dialog bertema Perempuan Teladan, Optimis, dan Produktif (TOP) Viralkan Perdamaian, di Banjarmasin, Selasa (22/3/2022).
Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Nasional Penanggulan Terorisme (BNPT) tahun 2020 lalu, Indeks Potensi Radikalisme cenderung lebih tinggi di kalangan perempuan, masyarakat urban, generasi muda, serta pengguna aktif internet dan media sosial.
“Terorisme bukan hanya persoalan siapa dalam kelompok ataupun jaringannya. Namun, lebih dari itu terorisme merupakan tindakan yang memiliki akar keyakinan, doktrin dan ideologi kuat yang dapat menyerang kesadaran masyarakat kita. Tumbuh suburnya terorisme tergantung di lahan mana tumbuh dan berkembang. Lebih-lebih yang rentan terpengaruh doktrin terorisme adalah keluarga, terutama istri, dan anak,” kata Sulkan.
Sulkan menilai tema yang diangkat pada dialog ini sangatlah tepat untuk didiskusikan, jika melihat kembali bagaimana rentetan serangan teror di Indonesia yang melibatkan perempuan dan anak sebagai aktor utama saat melancarkan aksi.
“Perempuan lebih banyak menggunakan perasaannya, juga mereka dipengaruhi maka secara psikologis akan lebih kuat dan yakin melakukan teror di masyarakat,” ujar Sulkan.
Sulkan mengatakan, setiap elemen mulai dari keluarga, masyarakat hingga institusi pendidikan harus menyadari betapa aksi terorisme dan radikalisme begitu berbahaya bagi kelangsungan hidup saat ini dan akan datang.
“Kita perlu memupuk sikap toleransi yang lebih intens, menanamkan nilai-nilai pluralisme yang penuh kasih dan damai, serta membuktikan kepada mereka bahwa cara berislam secara inklusif dan penuh kasih, adalah cara-cara terbaik dalam menjaga perdamaian, kesejahteraan dan harmoni antar umat manusia,” ujar Sulkan. MC Kalsel/scw