Neraca perdagangan Kalimantan Selatan (Kalsel) di bulan Februari mengalami surplus, yang artinya nilai ekspor lebih besar daripada impor.
“Jika kita lihat ke belakang, yakni bulan Januari 2022 berbanding Desember 2021, terjadi penurunan nilai ekspor Kalsel sebesar 48,30 persen. Kemudian nilai ekspor kalsel bulan Januari berbanding bulan Februari 2022 naik signifikan, yakni sebesar 85,48 persen,” kata Birhasani, Banjarmasin, Selasa (22/3/2022).
Birhasani menyebutkan, komoditas terbesar pengungkit naiknya ekspor Kalsel adalah batubara sebesar 104,36 persen dengan volume 8.954.583.735 kilogram, berbanding Januari hanya 4.314.145.242 kilogram. Disusul oleh kelapa sawit yang pada Januari hanya 49.755.213, naik menjadi 76.284.921 di Februari.
Kenaikan juga diikuti oleh komoditas lainnya, meskipun dengan volume dan nilai yang tidak sebesar batubara dan sawit. Di sisi lain, komoditas yang mengalami penurunan antara lain karet alam, produk kayu, rotan, dan perikanan.
“Ekspor batubara dan sawit berpeluang naik pada bulan Maret, seiring dengan berkecamuknya perang Rusia dengan Ukraina, karena beberapa negara Eropa maupun Amerika, bahkan Asia melirik Indonesia sebagai sumber pembelian atau importir baru bagi negeri mereka, begitu pula kelapa sawit, tepatnya CPO,” ujar Birhasani.
Birhasani berpesan, pelaku usaha kedua komoditas tersebut agar tetap mengutamakan pasokan batubara maupun CPO untuk dalam negeri. Hal ini agar industri dalam negeri tetap berjalan, tenaga kerja tidak kehilangan pekerjaan, ketersediaan tetap terjaga, serta harga tetap stabil dan wajar.
“Ini menandakan bahwa perekonomian Kalsel bergerak membaik, meski kita tidak bisa terhindar dari dampak ekonomi global, dimana di beberapa negara Amerika dan Eropa mengalami inflasi yang tinggi ditambah terjadinya perang Rusia Ukraina, yang membuat barang-barang impor mengalami kenaikan. Sementara, saat ini Indonesia cukup tergantung impor, contohnya bahan baku gula, gandum, kedelai, gas, BBM yang tentunya harus diwaspadai, karena bisa menjadi faktor pendorong meningkatnya inflasi di Kalsel,” ujar Birhasani. MC Kalsel/scw