Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalimantan Selatan telah memberikan penghargaan Adiwiyata kepada sejumlah sekolah tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Namun, tidak semua kabupaten/kota di Kalsel dapat berpartisipasi.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala DLH Kalsel, Hanifah Dwi Nirwana, usai penyerahan penghargaan Adiwiyata tingkat Kalsel, Banjarbaru, Senin (21/12/2020).
Dijelaskan Hanifah, dari 13 kabupaten/kota di Kalsel hanya tujuh kabupaten yakni Banjar, Tabalong, Kotabaru, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Hulu Sungai Selatan, Barito Kuala dan satu kota yakni Banjarmasin yang mengikuti penghargaan peduli lingkungan tersebut.
“Yang sebagian lainnya tidak ikut serta dalam kegiatan ini disebabkan berbagai hal diantaranya karena sebagian besar sekolah tidak ada tatap muka, kemudian ada kebijakan dari Pemerintah Baerah, dan ketidaktersediaan anggaran, itu yang membuat mereka tidak bisa berpartisipasi dalam kegiatan Adiwiyata kali ini,” jelas Hanifah.
Dari 32 sekolah yang berpartisipasi, lanjut Hanifah, hanya 27 sekolah yang berhasil melewati passing grade yang telah ditetapkan, terdiri dari tingkat SD 10 sekolah, tingkat SMP 17 sekolah, dan SMA 6 sekolah.
“Dan yang mendapatkan Adiwiyata ini ada SD 7 sekolah, SMP 14 sekolah, dan SMA 6 sekolah. Tahun ini tidak ada tingkat nasional, Adiwiyata ini inisiatif dari Pemprov Kalsel. Karena menurut Gubernur sendiri Adiwiyata ini sangat strategis, sayang kalau semangat ini terputus gara-gara tidak terselenggara akibat Covid,” tutur Hanifah.
Sementara itu, Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Lingkungan DLH Kabupaten Banjar, Hana Budi, mengatakan walaupun pandemi Covid-19 masih belum berakhir, pihaknya tidak surut semangat untuk mengajak sekolah-sekolah melaksanakan Adiwiyata.
“Walaupun ada beberapa aspek yang menjadi kendala untuk bisa berpartisipasi pada seleksi program Adiwiyata tingkat Provinsi Kalsel tahun 2020, tapi kami tidak mengecilkan semangat kami. Alhamdulillah ada sembilan sekolah yang bisa masuk Adiwiyata Provinsi kali ini,” ucap Hana.
Kendala yang dialami yaitu, banyak sekolah yang diliburkan, dan pembatasan waktu masuk para guru, sehingga kesulitan dalam menerapkan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan oleh DLH Kalsel.
“Saat Covid-19 semua sekolah diliburkan jadi tidak ada murid yang masuk, juga pembatasan jam masuk guru yang bergantian. Meskipun begitu kami tetap melaksanakan kegiatan Adiwiyata ini baik di bidang persampahannya, tanaman hias, kemudian pengelolaan air di saat pandemi, serta meminimalisir penggunaan listrik. Jadi, kami harus merealisasikan itu semua dan dimasukkan kedalam aplikasi dan bukti beberapa foto-foto,”pungkas Hana. MC Kalsel/Jml