Komoditas bawang merah mengalami lonjakan harga di kisaran Rp55.000,00 sampai Rp60.000,00 per kilogram. Tidak hanya di Kalimantan Selatan, kenaikan tersebut terjadi secara nasional dikarenakan sejumlah daerah penghasil bawang merah belum memasuki musim panen.
“Fenomena ini terjadi bukan hanya di Kalsel tapi juga tingkat nasional. Penyebabnya adalah belum musim panen baik di NTB, Jawa Timur, dan Sulawesi, menurut perhitungan panen akan terjadi di pertengahan bulan Juni di tiga daerah itu,” ujar Kepala Dinas Perdagangan Kalimantan selatan, Birhasani, Banjarmasin, Selasa (2/6/2020).
Jika pasokan koomoditas tersebut telah tercukupi, diperkirakan harga pun akan berangsur turun.
“Panen yang baru akan terjadi di pertengahan Juni dan akan masuk pasar setelah panen, maka dari situ akan terjadi penurunan harga bawang merah,” kata Birhasani.
Birhasani menyatakan pemerintah tidak akan melakukan impor bawang merah, karena akan berakibat terhadap kondisi perekonomian petani lokal.
“Untuk bawang merah, pemerintah tidak akan melakukan impor, karena musim panen sendiri sudah dekat dan pemerintah memikirkan nasib petani bawang. Menurut kebijakan Pemerintah Pusat kita menunggu panen di pertengahan Juni,” ucap Birhasani.
Oleh karena itu, Birhasani meminta masyarakat untuk menghemat pemakaian bawang merah sampai harga bisa ditekan.
“Harapan kami ke masyarakat, khususnya untuk konsumsi rumah tangga lebih hemat menggunakan bawang merah untuk saat ini,” kata Birhasani.
Selain bawang merah, komoditas yang harganya dirasa belum stabil saat ini adalah gula pasir, walaupun telah dibantu dengan impor.
“Sekarang kita juga terus melakukan operasi pasar di titik-titik tertentu, sehingga bisa menekan harga di kisaran harga gula Rp15.000,00 sampai Rp16.000,00. Sementara ini yang membantu kita adalah gula impor dan saat ini impor bermasalah karena negara importir mengalami kendala akibat Covid-19 sehingga menghambat transportasi,” tukas Birhasani. MC Kalsel/scw