Sejak periode Januari hingga Maret 2020 telah terjadi penurunan harga saham secara agresif di sejumlah sektor. Di sektor perbankan, seperti saham Bank BCA (BBCA) jatuh dari Rp34.000/lot menjadi Rp23.675/lot (-30%), diikuti Bank BRI (BBRI) jatuh dari Rp4.500/lot menjadi Rp2.810/lot (-37%), dan Bank BNI (BBNI) jatuh dari Rp9.000/lot menjadi Rp3.600/lot (-60%).
“Dari akhir tahun 2019, Indeks Harga Saham Gabung (IHSG) sudah melemah di angka 36,67%, kepanikan terhadap pandemi Covid-19 (Corona) menjadi pemicu utamanya. Melemahnya IHSG juga berdampak pada turunnya harga saham, tidak hanya di pasar Indonesia namun juga pasar global,” kata Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) Kalimantan Selatan, Yuniar, Banjarmasin, Kamis (26/3/2020).
Yuniar mengungkapkan hal serupa juga pernah terjadi pada tahun 2008 silam, namun pada saat itu murni terjadi akibat masalah finansial (keuangan) meskipun tidak berdampak langsung terhadap sektor riil.
“Berbeda dengan 2008 lalu, kepanikan terhadap wabah Covid-19 langsung berdampak terhadap sektor riil. Corona inikan merebak dimulai dari China, otomatis perlambatan ekonomi China juga mempengaruhi ekonomi dunia,” jelasnya.
Ketika wabah ini terjadi di Wuhan, lanjutnya, negara-negara besar seperti Eropa dan Amerika masih bisa tenang. Namun, ketika merebak ke seluruh dunia kepanikan pun terjadi. Kekhawatiran pun bertambah karena belum ada kejelasan terkait vaksin dari virus Covid-19.
“Di saham, sudah pasti saham-saham sektor keuangan saat krisis akan terdampak duluan, termasuk bagi mereka para pemegang uang. Kekhawatiran pun bertambah karena kita semua tidak tahu ini (Covid-19) sampai kapan berakhir, ditambah belum adanya kejelasan terkait vaksin untuk virus ini,” ungkap Yuniar.
Ia pun berharap agar obat atau vaksin yang saat ini terus diuji coba oleh pemerintah benar-benar bisa menyembuhkan pasien Covid-19 yang ada di seluruh belahan dunia.
“Kita do’akan supaya obat atau vaksin yang sekarang terus diuji coba benar-benar bisa menyembuhkan pasien Corona yang ada di semua belahan dunia. Dan ini pastinya akan memulihkan kondisi pasar saham saat ini,” tukasnya.
Tidak hanya di sektor perbankan, penurunan harga saham secara agresif juga terjadi di sektor pertambangan, consumer, perdagangan, properti dan konstruksi, telekomunikasi, media penyiaran, kesehatan, serta sektor perhubungan. MC Kalsel/Jml