Tidak hanya sebagai ajang promosi kain sasirangan, Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) juga memberikan sarana pembelajaran terkait pengelolaan limbah pewarna bagi puluhan pengrajin sasirangan di Rumah Anno, Banjarmasin, Kamis (5/3/2020).
Alat pengolah limbah sederhana yang ditampilkan saat lomba desain motif sasirangan di Rumah Anno tersebut mampu membuat air limbah sasirangan yang pH asalnya berkisar di angka 14 menjadi pH normal di angka 7.
Dengan menggandeng para pengrajin sasirangan, Dekranasda Kota Banjarmasin berencana memperbanyak alat tersebut, melalui upaya usulan pengadaan ke Pemkot Banjarmasin.
“Nanti akan menggandeng para pengrajin, kita mungkin akan mengajukan kepada pemerintah kota barangkali apakah bisa diarahkan Banjarmasin CSR atau yang lainnya,” ujar Ketua Dekranasda Kota Banjarmasin, Siti Wasilah.
Ia mengaku memiliki harapan yang sangat sederhana, yakni sebelum limbah sasirangan dibuang oleh para pengrajin, harus disediakan penampungan dengan alat pengolah limbah tersebut.
“Jadi bantuannya kan sederhana, itu ada penampungan dulu, baru dengan sistem sederhana ini. Mudah-mudahan kita bisa bantu para pengrajin kita sebelum mereka buang langsung,” harapnya.
Sementara itu Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina mengungkapkan alat tersebut mampu mengurangi pencemaran di badan air. Menurutnya penyaring sederhana dengan kapasitas 200 lembar kain itu bisa bekerja dengan baik, sehingga air yang awalnya pekat bisa bersih secara fisik setelah melalui proses sirkulasi selama satu jam.
“Jadi indikator kualitas air dan parameternya bisa dicek nanti secara fisik sudah tidak berwarna hitam lagi,” bebernya.
Ibnu pun mengapresiasi para pengrajin yang memiliki alat pengolah limbah dengan harga yang cukup terjangkau itu.
“Rp500 ribu saja ini modalnya, dengan begini limbah sasirangan tidak akan mencemari sungai lagi, karena pH yang dikeluarkan mendekati kategori aman, tentu saja ini juga harus melalui uji lab terlebih dahulu,” tukasnya. MC Kalsel/Jml