Atasi Ketersediaan Gizi dengan Program Kesehatan dan Lintas Sektoral

Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Muslim memberikan sambutan pada pembukaan Workshop PMT di salah satu hotel berbintang di Banjarmasin, Rabu (13/11/2019). MC Kalsel/Jml

Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan terus berupaya mengatasi permasalahan ketersediaan gizi di masyarakat, salah satunya dengan menggelar Workshop Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Ibu Hamil di salah satu hotel berbintang, Banjarmasin, Rabu (13/11/2019)

Saat ini, Kalimantan Selatan masih dihadapkan pada masalah gizi, khususnya masalah ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita gizi kurang serta gizi buruk seperti stunting (pendek) dan wasting (kurus).

Kepala Dinas Kesehatan, Muslim mengatakan permasalahan tersebut dapat diatasi melalui program kesehatan maupun lintas sektoral.

“Untuk mencegah permasalahan tersebut ada dua program yang bisa dilakukan yakni program sensitif yang melibatkan lintas sektor diluar kesehatan dan program spesifik,” kata Muslim.

Langkah yang bisa dilakukan lintas sektor dalam program sensitif seperti memastikan ketahanan dan  ketersediaan pangan, penyediaan sanitasi yang bersih dan sehat, serta gemar konsumsi ikan (Germarikan).

“Kalau program spesifik dilakukan mulai dari 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK), ini dimulai dengan pemberian tablet tambah darah pada remaja, dan pemberian paket makanan tambahan untuk ibu hamil, rutin periksa kehamilan, dan bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan,” ujar Muslim.

Selain itu, lanjut Muslim, ada program inisiasi menyusui dini, dimana sang bayi diperkenalkan kepada ASI eksklusif, dilanjutkan pemantauan tumbuh kembang bayi dan memberikan imunisasi dasar.

Pola makan juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang bayi, sehingga para orang tua diharapkan memberikan makanan yang bergizi seimbang.

“Porsi makan bisa disesuaikan dengan metode isi piringku, dimana dalam satu porsi kita makan separuhnya ada lauk, makanan pokok, dan separuhnya lagi sayur serta buah. Ini harus diperhatikan, terlebih bagi ibu hamil agar bayi tidak lahir stunting,” tutur Muslim

Lebih jauh, Muslim menerangkan berdasarkan data 2018, prevelensi stunting di Kalsel berada dikisaran 33 persen, angka tersebut masih berada diatas ambang batas yakni 20 persen, sehingga stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.

“Untuk prevelensi stunting tertinggi di Kalsel terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Utara, namun jika dilihat dari progresnya ini terus menurun, berkat intervensi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Untuk tahun 2019 akan terus kami pantau, diperkirakan prevelensi stunting di Kalsel akan menurun lagi,” pungkas Muslim. MC Kalsel/Jml

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan