Maraknya kuliner berbahan dasar itik dan adanya pola konsumsi masyarakat Kalimantan Selatan yang mengarah pada penganekaragaman pangan mendorong Balitbangda Provinsi Kalsel menyelenggarakan Seminar Akhir Kajian Branding dan Pemasaran Produk Olahan Itik Alabio di Aula Balitbangda, Kamis (24/10/2019).
Hadir sebagai narasumber dalam seminar ini adalah peneliti Balitbangda yang melakukan kajian, yaitu Siska Fitriyani, Gusti Syahrani Noor, dan Herry Azhar Pradana, serta stakeholder terkait branding dan pemasaran itik Alabio, yaitu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten HSU, Yuli Hartawan, dan entrepreneur Agus Gazali Rahman atau yang dikenal dengan Agus Sasirangan.
Seminar dibuka secara resmi oleh Kepala Balitbangda Provinsi Kalsel, Muhammad Amin, yang juga hadir untuk memberikan sambutan kepada peserta yang merupakan perwakilan dari berbagai instansi baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Dalam sambutannya Amin mengatakan bahwa itik Alabio merupakan kekayaan intelektual khas Kalimantan Selatan yang memiliki peluang besar dalam industri pengolahan pangan, terbukti dengan maraknya Industri Rumah Tangga (IRT) dan Usaha Kecil Menengah (UKM) berbahan dasar itik, terutama di HSU, HST, HSS, Banjarmasin, Banjarbaru, dan Banjar.
“Produk olahan itik memiliki kontribusi yang sangat signikan terhadap perkembangan daerah terkait dengan visi Kalimantan Selatan sebagai destinasi wisata, yang mana industri kuliner menjadi salah satu unsur penunjang yang kuat di bidang pariwisata,” terangnya.
Namun demikian, Amin mengatakan masih banyak kendala yang dihadapi baik dari sisi produksi, distribusi dan promosi.
Hal ini diperkuat oleh Plt. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten HSU, Yuli Hartawan bahwa beternak itik sudah dilakukan secara turun temurun dan merupakan kebanggaan tersendiri bagi warga Alabio, namun kendala internal masih banyak terjadi, terutama di sektor hilir.
“Pemasaran masih terbatas, packaging sederhana, jadi kurang menarik,” jelas Yuli.
Menanggapi hal tersebut, entrepreneur Agus Sasirangan menyarankan sebaiknya upaya pemerintah daerah lebih kepada edukasi nilai dan pengetahuan produk olahan itik Alabio, dibarengi dengan upaya branding secara digital.
“Saya sarankan HSU menyelenggarakan Festival Itik Alabio 2020, dimana didalamnya ada kegiatan workshop, talkshow, demo masak, lomba masak, pameran produk olahan itik, dan lebih bagus lagi jika dibarengi dengan pencapaian rekor MURI,” tegasnya.
Hal ini menjadi kesimpulan seminar bahwa untuk sektor hulu tidak ada masalah, namun perlu gebrakan di sektor hilir terutama dari Kabupaten HSU sebagai daerah asal itik Alabio. MC Kalsel/EPN