Berbagai sektor saat ini tidak luput dari efek digitalisasi, bahkan sektor kesehatan seperti farmasi juga memiliki berbagai dinamika beradaptasi dalam perubahan ini.
“Di era digital saat ini, kebanyakan orang lebih tertarik dengan pelayanan yang bersifat mudah diakses melalui aplikasi di gawai pintar mereka” kata Asisten Bidang Administrasi Umum Setdaprov Kalsel, Heriansyah mewakili Gubernur Kalsel pada pembukaan Seminar Nasional Peluang dan Tantangan Tenaga Farmasi di Era Digital di Golden Tulip Hotel Banjarmasin, Sabtu (12/10/2019).
Perubahan era ini, lanjutnya, bisa menjadi peluang sekaligus tantangan bagi apoteker maupun tenaga farmasi dalam memberikan pelayanan obat-obatan maupun industri farmasi itu sendiri.
“Tenaga apoteker atau farmasi yang kompeten haruslah mampu mendekati masyarakat yang saat ini didominasi kaum milenial, dengan pendekatan-pendekatan menggunakan perangkat digital dan teknologi informasi” jelasnya.
Sementara itu Wakil I Bidang Akademik STIKES Borneo Lestari, M. Nazaruddin menjelaskan era digitalisasi di Indonesia saat ini sudah marak, oleh karena itu kiranya perubahan ini bisa jadi pembelajaran bagi tenaga farmasi agar bisa lebih mengoptimalkan pasar digital di Indonesia.
“Pertama kita sosialisasi dulu mengenai farmasi digital untuk membuka pikiran masyarakat, kedepannya kita akan mencoba agar ada produk kita yang berbasis digital, namun ini perlu waktu yang agak panjang karena masih dalam proses penjajakan” ujarnya.
Ditambahkannya, ditengah perkembangan teknologi dan transaksi online di masyarakat Indonesia sudah sewajarnya semua bidang kesehatan tidak hanya farmasi harus sudah mulai masuk ke dunia digital.
“Dengan memanfaatkan digital masyarakat tidak perlu repot untuk berkonsultasi tatap muka dengan apoteker, selain itu juga dapat mendekatkan tenaga farmasi dengan masyarakat” pungkasnya. MC Kalsel/Jml