Cegah KDRT dan TPPO, DP3A Gelar Peningkatan Kapasitas APH

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Provinsi Kalsel Husnul Hatimah berfoto bersama dengan peserta dan panitia acara peningkatan kapasitas aparat penegak hukum (APH) dalam penanganan korban KDRT dan TPPO di Provinsi Kalsel, yang dilaksanakan di Hotel Aria Barito Banjarmasin, Rabu (11/9/2019). MC Kalsel/tgh

Dalam rangka upaya pencegahan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan tindak pidana perdagangan orang (TPPO), Pemerintah melalui DP3A Kalsel melaksanakan acara peningkatan kapasitas aparat penegak hukum (APH) dalam penanganan korban KDRT dan TPPO di Provinsi Kalsel, yang dilaksanakan di hotel Aria Barito Banjarmasin, Rabu (11/9/2019).

Kapala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Provinsi Kalsel, Husnul Hatimah mengatakan kegiatan ini sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas aparat penegak hukum dalam menangani dan memberikan perlindungan terhadap perempuan korban KDRT dan TPPO.

Berdasarkan hal itu, Pemerintah telah mengeluarkan UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TPPO. Undang-undang tersebut merupakan dasar hukum dalam upaya penanganan dan pencegahan terhadap KDRT dan TPPO.

“Dampak kekerasan yang komplek tentunya memerlukan penanganan yang komplek untuk memulihkan korban, dan pendampingan korban KDRT adalah penting sebagai salah satu bentuk pemenuhan hak-hak korban,” ujarnya.

Lanjut ia menuturkan, masalah KDRT dan TPPO di Indonesia merupakan masalah global yang terkait hak asasi manusia dan ketimpangan gender

Kasus-kasus KDRT dan TPPO yang terindentifikasi pelayanan kesehatan dan pelayanan menunjukan termasuk kepolisisan merupakan penomena gunung es.

“Jadi, kasus-kasus yang muncul belum menggambarkan jumlah seluruh kasus yang ada, dimana kasus KDRT dan TPPO diwilayah indonesia jumlahnya semakin meningkat,” terangnya.

“Berkenaan dengan hak-hak korban tersebut di setiap provinsi dan kabupaten kota dibentuk lembaga layanan penanganan kekerasan perempuan dan anak yaitu P2TP2A dan sebagian juga sudah mulai memproses sebagai UPT DPPA,” ungkapnya.

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Provinsi Kalsel melaksanakan acara peningkatan kapasitas aparat penegak hukum (APH) dalam penanganan korban KDRT dan TPPO di Provinsi Kalsel, yang dilaksanakan di hotel Aria Barito Banjarmasin, Rabu (11/9/2019). MC Kalsel/tgh

Oleh karena itu, banyak korban KDRT atau TPPO tidak tertangani, hal ini dikarenakan ketidak tahuan mereka dan bagaimana upaya untuk meadukan peristiwa yang menimpa terhadap korban tersebut.

Oleh karena itu lanjut ia mengatakan untuk menerima kasus kekerasan perempuan dan anak agar dapat ditindak lanjuti sesuai pelayanan yang dibutuhkan korban dan mendapat rasa keadilan dalam penegakan proses hukumnya.

Untuk itu melalui kegiatan ini saya mengharapkan para peserta daapt meningkatkan kapasitas dan kualitas APH yang akan menjadi kelompok sasaran agar dapat menjalankan tugas dan melindungi perempuan korban KDRT dan TPPO.

Dikesempatan yang sama, Kepala Seksi Data Kekerasan Data Perempuan dan Anak DP3A Provinsi Kalsel, Noormaraya mengatakan tujuan kegiatan untuk menyamakan perpepsi di kalangan APH tentang penanganan kasus KDRT dan TPPO terhadap perempuan yang responsif gender dan pemenuhan kebutuhan perempuan korban KDRT dan TPPO.

“Peningkatan kualitas pelayanan hukum oleh APH atau sistem peradilan pidana terpadu dalam penanganan kasus kekerasan dan korban TPPO terhadap perempuan melalui penguatan kapasitas,” ujarnya.

Kegiatan dihadiri 40 peserta terdiri atas unsur Aparat Penegak Hukum Provinsi dan Kabupaten/Kota. MC Kalsel/tgh

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan