Sejumlah ruas jalan di Kota Marabahan ibukota Kabupaten Barito Kuala (Batola), Senin (22/10) pagi, dijejali para santri. Mereka sengaja berjalan kaki mulai depan podium Lapangan Sepakbola 5 Desember Marabahan, Jalan A Yani, Jalan Veteran dan mampir di Komplek Pemakan Datu Syekh Abdussamad Marabahan yang berjarak sekitar setengah kilometer.
Kehadiran ribuan santriwan santriwati se-Batola ini untuk melaksanakan ziarah sekaligus takziah atas keturunan kedua Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari tersebut yang sehari sebelumnya genap memasuki haulan yang ke-123.
Sebelum menggelar longmarch, para santriwan santriwati itu mengikuti Upacara Peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2018 di Lapangan Sepakbola 5 Desember Marabahan. Upacara yang dirangkai Pelantikan Majelis Wahil Cabang (MWC) dan Lembaga Rabithah Ma’ahid Islamiyah (LRMI) Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan se-Batola masa khidmat 2018-2023 ini dipimpin Sekdakab Batola H Supriyono.
Dalam sambutan tertulis Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Sekdakab Batola Supriyono mewakili bupati mengatakan, Peringatan Hari Santi Nasional yang digelar kali ini merupakan babak baru dalam sejarah umat Islam Indonesia yang merupakan wujud relasi harmoni antara pemerintah dan umat Islam, khususnya bagi kalangan kaum santri.
Dikatakan, selama ini kalender pemerintah yang menggunakan hitungan masehi selalu mencantumkan tanggal merah ketika bertepatan dengan 1 hijriyah sebagai tahun baru Islam. Dimana tanggal itu memperingati peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW yang mempetemukan dua kelompok umat Islam, kaum muhajirin dari Mekkah dan kaum Anshar sebagai penghuni Madinah. Penduduk Madinah atau kaum Anshar tidak mempersoalkan momentum disebut hijriyah yang identik dengan kaum muhajirin.
Sebaliknya, lanjut menteri, justru momentum itu membuahkan persaudaraan dan persahabatan yang sangat bersejarah bagi umat Islam sehingga kedua pihak saling berkonstribusi membangun masyarakat madani yang kemudian menjadi contoh ideal peradaban duni.
Belajar dari sejarah itulah, pemerintah sudah sepatutnya memberikan apresiasi bagi perjuangan kaum santri yang secara nyata memberikan andil besar bagi terbentuk dan terjaganya NKRI.
Oleh karenanya, menurut menteri, Peringatan Hari Santri harus dimaknai sebagai upaya memperkokoh segenap umat beragama agar saling berkontribusi mewujudkan masyarakat Indonesia yang bermartabat, berkemajuan, berkesejahteraan, berkemakmuran, dan berkeadilan.
Disebutkan, Hari Santri merujuk pada keluarnya resolusi jihad pada 22 Oktober 1945 yang memantik terjadinya peristiwa heroik 10 November 1945 di Surabaya yang kemudian diperingati sebagai hari pahlawan.
Resolusi jihad, sambungnya, adalah seruan ulama-santri yang mewajibkan setiap muslim Indonesia untuk membela kedaulatan tanah air dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pada bagian lain menteri menyampaikan, melalui upacara bendera Hari Santri kali ini mengusung tema “Bersama Santri Damailah Negeri.” Isu perdamaian ini diangkat, sebutnya, sebagai respon atas kondisi bangsa Indonesia yang saat ini sedang menghadapi berbagai persoalan seperti maraknya koaks, ujaran kebencian, polarisasi simpatisan politik, propaganda kekerasan, hingga terorisme.
Upacara Peringatan Hari Santri di Batola ini juga dihadiri Sekretaris NU Kalsel Berry Nahdian Furkon, Kapolres Batola AKBP Mugi Sekar Jaya SSos SIK, para forkopimda lainnya atau yang mewakili, Ketua dan Pengurus MUI Batola, Ketua dan Pengurus NU Batola, para pimpinan ormas, dan berbagai elemen masyarakat lainnya. Usai upacara juga dilaksanakan Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda) Pengurus Cabang NU se-Batola. Mc Batola – Mc Kalsel