Pemilu 2019 mendatang merupakan hajatan besar bagi ratusan juta penduduk Indonesia untuk terlibat didalamnya baik sebagai kandidat, pendukung, ataupun pemilih dalam kontestasi lima tahunan ini.
Peran media juga sangat penting dalam mensukseskan Pemilu 2019 mendatang, Kalimantan Selatan sebagai salah satu daerah yang memiliki banyak organisasi media komunikasi baik cetak maupun elektronik diharapkan mampu mempromosikan calon presiden dan wakil presiden dalam Pemilu tersebut.
“Media haruslah menjadi corong informasi bagi masyarakat tanpa berpihak kepada salah satu calon agar masyarakat bisa berpikir kritis, peduli dan cerdas terhadap informasi yang disebarkan media” demikian yang disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Politik, Gusti Burhanuddin mewakili Gubernur Kalsel pada Pertemuan Bakohumas dan Bahan Informasi di Rattan In Hotel Banjarmasin, Rabu (19/9).
Lebih jauh Burhanuddin menjelaskan, akhir-akhir ini kita banyak menemukan politisasi agama untuk kepentingan politik sesaat, hal ini terlihat pada gelaran pesta demokrasi di Indonesia belum lama ini.
Menurutnya, hal ini sangatlah ironis, mengingat bangsa ini dibangun dengan latar belakang berbeda baik dari segi agama, suku, budaya, etnis, dan sebagainya. “Politisasi agama sama halnya dengan menjual agama. Jika demikian, Pemilu damai akan ternodai dan sulit mewujudkan demokrasi yang berkualitas” tegasnya.
Oleh karena itu, peran media massa baik cetak atau elektronik, serta tokoh masyarakat sangat penting dalam menyadari isu-isu politik terkini sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalah pahaman informasi.
Penyelenggara Pemilu, lanjutnya, juga harus menggandeng media dalam mensosialisasikan tahapan Pemilu guna meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia. “Sudah bukan zamannya lagi sosialisasi pemilu digelar di hotel-hotel berbintang karena hanya segelintir orang saja yang dapat hadir, sehingga tidak menyentuh langsung masyarakat luas” ucap Burhanuddin.
Sementara itu ditempat yang sama Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Selatan, Gusti Yanuar Rifai mengatakan terhitung dari Januari 2016 hingga Juni 2017 Kominfo Pusat telah melakukan penutupan konten media sosial yang mengandung sara dan pornografi.
Adapun konten media sosial yang telah ditutup oleh Kominfo Pusat selama periode Januari 2016 hingga Juni 2017 yakni Twitter dengan akumulasi total 3264 konten, Facebook dan Instragram 1726 konten, Google plus dan Youtube 1229 konten, Line 1 koten, dan Telegram 166 konten.
Menjelang Pemilu 2019 serta mengantisipasi berita bohong yang tersebar di media sosial, Rifai mengimbau kepada masyarakat agar menggunakan media sosial secara bijak. “Bermedsoslah dengan positif tinggalkan yang negatif, jangan terhasut dengan berita bohong yang tersebar di media sosial” pesannya. MC Kalsel/Jml