Pemerintah Kota Banjarmasin akan mengutip biaya tambat perahu klotok di dermaga Siring, Jalan Pierre Tendean pada awal Mei 2018. Pemkot menetapkan tarif tambat senilai Rp 1.000 per sekali tambat.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin, Ichwan Noor Chalik, mengatakan motoris klotok atau paman klotok tidak keberatan atas tarif jasa tambat senilai Rp 1.000 itu.
“Motoris kelotok keenakan kalau gratisan terus. Siring kan fasilitas daerah, wajar ditarik retribusi. Angkanya tidak terlalu besar juga, saya rasa tidak memberatkan motoris,” kata Ichwan Noor Chalik, Senin (16/04/2018).
Mendengar rencana pengenaan retribusi, seorang motoris klotok, Ibat, mengatakan tidak keberatan kalaupun dikutip uang jasa tambat, “Asalkan dermaga dikembalikan ketempat awal,” kata Ibat.
Dahulu, kata Ibat, dermaga klotok terletak tepat di bawah sebelah Jembatan Merdeka atau tepat di seberang kantor Ajenrem Korem 101/Antasari. Namun sejak akhir tahun 2017, klotok wisata dipindah ke dermaga di depan patung bekantan karena dermaga sebelumnya dijadikan pasar terapung buatan.
Setelah direlokasi, Ibat mengaku penghasilan paman klotok menukik drastis, dari yang sebelumnya 5-6 kali tarikan menjadi hanya 3 kali tarikan per hari. “Itu saja (3 tarikan) syukur sudah,” kata Ibat.
Ibat menceritakan, alasan masyarakat enggan ke dermaga di depan patung bekantan karena jauh dari area parkir kendaraan kawasan siring. Apalagi lokasi dermaga tambat klotok saat ini lebih panas terpapar sinar matahari tanpa ada pepohonan. Adapun di lokasi tambat sebelumnya, lebih teduh karena terlindungi pepohonan besar.
Menurut dia, motoris klotok banyak tambat saat hari libur akhir pekan karena pengunjung siring lebih banyak. Ibat menambahkan, memang ada saja motoris yang nekat mangkal di dermaga yang lama. Namun mesti kucing-kucingan dengan petugas.
“Kalau kelihatan nomor klotok bakal dicatat, nanti dipanggil dan mendapat teguran,” ujar Ibat.
Bagaimana tanggapan pengunjung kawasan siring? Suri, 58 tahun, menegaskan pemkot harus memberi timbal balik yang bermanfaat langsung kepada warga, tidak sekadar sibuk menarik jasa retribusi.
“Pemasukan daerah harus dikembalikan lagi kepada masyarakat. Misal, dermaganya dibenahi. Kerusakan siring diperbaiki. Lalu kelotok-kelotok ini diberi perkakas yang lebih layak, misal rompi safety,” ujar warga Kuin Utara tersebut. MC Kalsel/rmd