Berbagai usaha Pemko Banjarmasin untuk mewujudkan visi dan misinya yang bertajuk BAIMAN (Barasih Wan Nyaman) dan menjadikan Ibukota Provinsi Kalsel sebagai daerah bebas sampah dan ramah lingkungan terus dilakukan.
Mulai dari mengeluarkan Perwali No 18 tahun 2016 tentang pelarangan kantong plastik sampai terus mensosialisasikan bank sampah,” hal ini terus dilakukan guna mereduksi timbuna sampah harian ditempat kita,” ujar Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina, Kamis (12/04/2018).
“Semua pegawai pemko wajib jadi nasabah bank sampah. Minimal per bulan mereka menyetor dua kilogram sampah, baik di bank sampah dekat rumahnya atau bank sampah kelabau di Balai Kota,” ungkap Ibnu.
Ibnu menambahkan tak ada pengecualian, apakah itu pegawai rendah seperti staf biasa atau pejabat tinggi setaraf kepala dinas.
Trik ini bagus untuk menggenjot aktivitas bank sampah di Banjarmasin. Tercatat ada 211 bank sampah yang tersebar di lima kecamatan. Hasilnya belum terlalu menggembirakan. Sebab, hanya 70 persen bank sampah yang terbilang aktif,” memang tidak semuanya yang aktif,” ungkap Ibnu.
Ibnu mengingatkan, program ini bukan soal nominal puluhan atau ratusan ton sampah yang bisa dikurangi. “Lebih pada pembiasaan. ASN kan pasti punya anggota keluarga. Dari sini mereka terbiasa memilah-milah sampah,” yakinnya.
Ibnu berharap adanya perubahan pola fikir dimasyarakat, agar menyikapi timbunan sampah menjadi sesuatu yang bersifat ekonomis, “asalkan dipilah dulu, sampah juga bisa jadi berkah,” jelas Ibnu.
Ibnu juga berharap adanya inovasi dari bank sampah kota Banjarmasin agar tidak hanya sampah anorganik, tapi juga menerima sampah organik,” mungkin bisa diolah menjadi pupuk, yang penting inovasi, ” ungkapnya.
Sementara itu Dwi Naniek kabid tata lingkungan Dinas LH kota Banjarmasin mengatakan, Bank Sampah yang beroperasi di Banjarmasin bisa mereduksi 11-13 ton sampah per hari,” memang masih jauh jika dibandingkan dengan total produksi sampah harian warga Banjarmasin yang mencapai 600 ton,” ungkapnya.
Menambah jumlah truk sampah per tahun atau memperluas lahan TPA bukan solusi. “Kalau terus-terusan begini, TPA Basirih tidak akan berumur lama,” tegasnya.
Ia juga menjelaskan kesulitan DLH untuk mensosialisasikan kemasyarakat untuk ikut serta menjadi nasabah bank sampah. Umumnya masyarakat kurang menyukai hal yang rumit,” jadi kami beri arahan yang mudah saja, seperti memilah sampah antara kertas dan botol dulu,” ujarnya.
Namun begitu, dirinya optimis dalam tahun ini nisa menambah jumlah bak sampah di Banjarmasin antara 40-50 unit lagi,” baik itu dikelurahan, sekolah, atau dinas-dinas kota Banjarmasin, kami terus sosialisasikan program bank sampah ini,” ungkapnya.
Untuk diketahui, pada tahun 2017 program bank sampah yang digagas Pemko Banjarmasin berhasil meraih penghargaan sebagai Bank Sampah Terbaik. Penghargaan yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI itu, menempatkan Bank Sampah Induk Kota Banjarmasin sebagai salah satu yang terbaik dari enam daerah di Indonesia. MC Kalsel/rmd