Tim Ekspedisi Meratus Temukan Puluhan Jenis Tanaman Langka

Para peneliti dari Tim Ekspedisi Meratus berhasil menemukan dan menandai 32 jenis tanaman buah-buahan, obat-obatan, anggrek dan kayu-kayuan, yang terdiri atas 127 pohon anakan dan individu, serta 230 pohon. MC Kalsel/rmd

Tim ekspedisi meratus Kebun Raya Banua-Balai Penelitian Kehutanan Kementerian LHK berhasil menemukan puluhan jenis tanaman buah, obat-obatan dan anggrek langka di kawasan hutan kaki pegunungan Meratus, Desa Marajai, Kabupaten Balangan.

Hasil eksplorasi tim ekspedisi meratus 2018 yang juga melibatkan Pena Hijau Indonesia di wilayah hutan Desa Marajai dan anak desa Tinggar di Kecamatan Halong berhasil menemukan puluhan jenis flora berupa tanaman buah lokal, obat-obatan dan anggrek yang sebagian masuk kategori tanaman langka. Riani, Staf Peneliti dari Kebun Raya Banua, Minggu (25/2), mengungkapkan dua hari pertama ekspedisi dan eksplorasi, tim berhasil menemukan dan menandai 32 jenis tanaman buah-buahan, obat-obatan, anggrek dan kayu-kayuan, yang terdiri atas 127 pohon anakan dan individu, serta 230 pohon. “Sebagian merupakan flora langka dan belum dikoleksi kebun raya,” ungkapnya.

Saefudin, Ketua Tim Ekspedisi Meratus 2018 mengatakan selanjutnya pihaknya masih akan melakukan eksplorasi di kawasan hutan puncak meratus yang disebut Padang Jelamu. Wilayah ini belum banyak dimasuki orang dengan waktu tempuh setengah hari berjalan kaki dari desa terakhir. “Sebagian kawasan hutan tersebut masih perawan dan kita berharap akan menjumpai flora yang lebih beragam,” tuturnya.

Selain kawasan pegunungan meratus di wilayah Kabupaten Balangan, tim ekspedisi yang juga dibantu pemandu lokal dan tim Dinas Lingkungan Hidup kabupaten ini juga berencana melakukan eksplorasi di wilayah Kabupaten Tabalong.

Kawasan pegunungan Meratus yang membentang di sembilan kabupaten di wilayah Kalsel memiliki keanekaragaman hayati melimpah. Banyak tanaman buah lokal khas meratus yang tidak ada di daerah lain, seperti Kapul, Kusit, Limpatu, Kulidang, Kasai, Marawin, Karantungan, beberapa jenis Durian, dan buah lainnya.

Ada juga jenis tumbuhan kayu yang mulai langka seperti Ulin, Damar, Keruing, Meranti, dan sebagainya. Juga jenis bunga anggrek yang tumbuh di batu (Litofit), tumbuh di tanah (Terestia), dan yang menempel di pohon (Epifit), serta bebungaan lainnya. “Salah satu yang dilakukan tim adalah mencatat sampel tanaman buah, obat, dan kayu-kayuan di Pegunungan Meratus dan sebagian untuk menambah koleksi Kebun Raya Banua serta penelitian lanjutan,” ujarnya.

Anggota Tim Ekspedisi Meratus 2018 dari Pena Hijau Indonesia, Andy Oktaviani mengatakan selama satu minggu, Tim Ekspedisi Meratus menjelajahi Pegunungan Meratus Desa Marajai dan Desa Padang Jelamu, Kecamatan Halong, Balangan. “Kondisi cuaca berupa hujan deras membuat kegiatan eksplorasi beberapa kali harus terhenti karena beratnya medan di lapangan seperti sungai yang meluap, jalur pendakian licin,” kata Andy.

Kebun Raya Banua Kalsel dibangun sejak 2012 lalu, di lahan seluas sekitar 100 hektare di kawasan perkantoran Pemprov Kalsel, saat ini telah memiliki berbagai koleksi aneka flora khas Kalimantan. Jumlah tanaman di Kebun Raya  Banua untuk pembibitan 8.000 spesimen, koleksi tertanam 1.299 spesimen dari 231 jenis penghijau, ditambah ornamen 3.510 spesimen dari 46 jenis, dan sekitar 300 spesimen anggrek, beberapa diantaranya merupakan tanaman berkhasiat obat. MC Kalsel/rmd

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan