Ketatnya persaingan dunia pendidikan di era globalisasi juga memberikan dampak mati suri kepada lembaga pendidikan non formal atau lembaga-lembaga kursus di Indonesia. Hal ini diutarakan oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Himpunan Penyelenggara Kursus Indonesia (HIPKI), Sukrohadi pada ramah tamah Munas HIPKI tahun 2018 di Mahligai Pancasila, Banjarmasin (20/2) malam.
Menurutnya, selain karena persaingan yang ketat, regulasi yang tidak berpihak juga menjadi salah satu penyebab mati suri suatu lembaga kursus. Oleh karenanya, HIPKI bersama dengan pemerintah secara bertahap melakukan kompetensi kelembagaan dan instruktur sehingga pangsa pasar tidak mati suri.
“Instruktur didorong untuk selalu bergerak memberikan materi pembelajaran dengan teknik yang baru serta dituntut untuk memiliki wawasan yang luas sehingga para peserta didik tidak merasa bosan” ujarnya.
Sementara itu ditempat yang sama, Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan, H. Sahbirin Noor meminta agar HIPKI bisa bergerak lebih dinamis lagi dalam memberikan pelatihan-pelatihan kepada generasi muda di Indonesia khususnya di Kalsel.
Sahbirin juga meyakini bahwa pengalaman yang didapatkan di lembaga kursus bisa diterapkan di dunia kerja. “Saya berharap penyelenggaraan kursus bisa memberikan kesempatan pada anak bangsa untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dalam rangka menambah wawasan dan keterampilan agar mereka siap ketika mereka membutuhkan atau dibutuhkan lapangan pekerjaan” harapnya. MC Kalsel/Jml